Jangan Diperkeruh Dengan Wacana Reshuffle
Soemitro Samadikoen

Jangan Diperkeruh Dengan Wacana Reshuffle

Sabtu, 19 September 2015|15:23:51 WIB




RADAR OPINI - Wacana reshuffle Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang mengemuka belakangan ini, mendapat sorotan berbagai pihak. Ada yang menilai reshuffle layak dilakukan, namun tidak sedikit yang mempertanyakan wacana tersebut.

Kelompok pendukung beralasan, reshuffle perlu dilakukan mengingat kinerja beberapa menteri saat ini tidak sesuai harapan. Kelompok ini kemudian menyebut beberapa nama menteri yang menurut mereka layak direshuffle, diantaranya Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdijatno, Menkumham Yasonna Laoly, Meneg BUMN Rini Soemarno, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, dan sejumlah nama menteri lainnya.

Sementara itu tidak sedikit yang mempertanyakan wacana reshuffle. Salah satunya adalah Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), yang akan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Yogyakarta mulai hari ini, Selasa (12/5/2015) hingga Rabu (13/5/2015) besok. Rakernas APTRI kali ini juga dalam rangka mencari solusi menghadapi musim giling 2015.

Bagi APTRI, tahun 2015 adalah titik krusial bagi industri gula nasional. Kondisi ini terjadi karena hingga kini belum ada jaminan akan membaiknya kinerja pabrik gula yang sebagian besar milik BUMN, sehingga belum dapat menjadi acuan petani.

APTRI yang merupakan wadah petani tebu dengan anggota sekitar 500.000 di seluruh Indonesia, khawatir jika wacana reshuffle akan memperburuk kondisi industri gula nasional. Tahun ini menjadi titik krusial bagi industri gula nasional, yang seharusnya ditopang oleh peningkatan produksi dan harga yang normal.

Saya khawatir, hiruk-pikuk geser-menggeser ini malah akan memperkeruh suasana sehingga harga gula jatuh seperti tahun 2013 – 2014, yang ujung-ujungnya akan mematikan petani dan membuat industri gula nasional gulung tikar. Dalam kondisi seperti ini seharusnya tercipta pasar yang sehat, tidak digangggu dengan hal-hal yang malah memperburuk keadaan.

Seperti diketahui, harga gula tahun 2013 jatuh, dengan harga lelang tertinggi Rp10.250 per-kg dan terendah Rp 8.200 per-kg. Tahun 2014 harga semakin menukik tajam, dengan harga lelang tertinggi hanya 8.650 per-kg dan terendah Rp 7.500 per-kg. Harga tahun 2013 dan 2014 sangat rendah dibanding harga 2012, dimana harga lelang tertinggi saat itu mencapai Rp 11.800 per-kg dan terendah Rp 10.200 per-kg.

Justru menurut hemat saya, di era Menteri Perdagangan Rachmat Gobel saat ini, harga gula mulai mengarah ke normal. Hal itu tidak terlepas dari beberapa kebijakan Menteri Perdagangan kami nilai bisa menopang terciptanya pasar yang sehat. Salah satunya adalah keberanian Rachmat Gobel mencabut Surat Menteri Perdagangan No. 111 tahun 2009 tentang Distribusi Gula Rafinasi melalui distributor.

‎Saya menilai, pencabutan Surat Menteri Perdagangan tersebut menunjukkan pemerintah telah makin nyata keberpihakannya pada upaya membangun tata niaga gula yang berkeadilan, karena petani tebu dan industri gula nasional tidak akan diganggu lagi oleh adanya rembesan gula rafinasi dengan bahan baku gula mentah (raw sugar) impor.

Baru satu atau dua bulan jadi menteri, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel sudah berani mencabut Surat Menteri Perdagangan tentang dibolehkannya gula rafinasi dijual melalui distributor. Langkah Menteri Perdagangan yang cepat tanggap itu perlu diapresiasi, sebab dari situlah sebetulnya yang menjadikan sulitnya dilakukan kontrol terhadap pemasaran gula rafnasi.

APTRI juga mengapresiasi beberapa kebijakan lain Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, diantaranya menyetop ijin impor raw sugar untuk idle capacity pabrik gula, menjamin gula rafinasi tidak bocor ke pasar konsumsI, serta memberikan ijin impor raw sugarbagi industri rafinasi secara bertahap per-triwulan, dimana pada tahun sebelumnya ijin tersebut diberikan di awal dengan jumlah besar.

Patut diakui, saat ini memang masih ada pekerjaan rumah bagi Kementerian Perdagangan, yaitu belum ditetapkannya HPP Gula Tani tahun 2015. Namun terlepas dari hal itu, harus diakui, saat ini kondisi mulai membaik. Karena itu, saya dan para petani tebu berharap semua pihak menahan diri, tidak terburu-buru mewacanakan reshuffle, dan menilai kinerja menteri dengan jernih dan objektif.

Karena belum tentu penggantinya akan lebih baik. Belum tentu komunikasi akan terjalin baik seperti dengan Pak Rachmat Gobel saat ini. Jika geser-menggeser, lalu ada perubahan kebijakan, maka akan terjadi gunjang-ganjing harga. Tolong agar diberi kesempatan, karena waktunya masih belum ada setahun.

penulis adalah Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI).







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita NEWS

MORE

MOST POPULAR ARTICLE