Jumat, 18 September 2015|13:30:34 WIB
JAKARTA (RRN) - Militer China mengajarkan tarian tradisional kepada para tentara di Xinjiang sebagai upaya untuk memperbaiki hubungan dengan etnis minoritas di wilayah itu.
Dilaporkan Reuters, sejumlah kekerasan kerap terjadi di wilayah Xinjiang yang menyebabkan ratusan orang tewas dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah China menyalahkan kelompok militan yang ingin mendirikan negara merdeka yang disebut Turkestan Timur untuk etnis minoritas Uighur.
Menurut tulisan Komite Partai Komunis untuk komando militer Xinjiang dalam harian People's Liberation Army Daily, pasukan China berada di "pusat badai" ketika memerangi militan dan separatis di Xinjiang, yang berbatasan dengan Asia Tengah, Pakistan, India dan Afghanistan.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa "tugas mereka lebih dari sekedar bertempur," merujuk ke berbagai ribuan kegiatan tentara China dalam lima tahun terakhir yang mengunjungi desa-desa untuk "menjelaskan kebijakan etnis dan agama serta membantah rumor."
Para tentara juga diberitahu untuk berupaya lebih dekat dengan warga dengan mempelajari bahasa, lagu dan tarian rakyat Xinjiang untuk "berteman dengan massa minoritas."
"Dengan komunikasi tatap muka dan pertukaran dari hati ke hati (kita bisa) meningkatkan kesatuan etnis dan perasaan, seperti kedekatan antara ikan dan air," bunyi laporan tersebut.
"Cerita tentang persatuan antara warga, militer dan pemerintah, dan kesatuan etnis terlihat jelas bagai buah anggur dari Turpan, dan semua sedekat biji delima yang tidak pernah bisa terpecah," bunyi pernyataan dari komando militer Xinjiang.
Banyak warga Uighur menolak budaya dan bahasa China, dan memilih menggunakan bahasa Turki.
Pemerintah China mengklaim telah menawarkan kebebasan yang luas di Xinjiang, meskipun hanya sedikit pejabat daerah setempat yang berupaya belajar budaya Uighur atau mempelajari Islam, agama mayoritas kaum Uighur. (stu/fn)