Selasa, 14 Januari 2020|14:21:43 WIB
RADARRIAUNET.COM: Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Riau, ternyata ditemukan sebanyak 16.275 balita setempat yang menderita stunting.
Kondisi itu dinilai memprihatinkan karena setidaknya ada belasan ribu anak-anak usia di bawah lima tahun (balita) yang menderita stunting atau anak yang gagal tumbuh secara maksimal dan normal.
"Dari hasil pengecekan atau ukuran Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) di Riau, 10,9 persen balita atau sebanyak 16.275 mengalami stunting karena tinggi badannya tidak sesuai dengan anak seusianya " kata Kepala Diskes Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir di Pekanbaru, seperti dilansir dari Antaranews.com, Senin (13/1).
Mimi Yuliani Nazir menjelaskan, hingga kini dari total 601 ribu bayi yang ada di Riau, baru sebanyak 149.280 sudah dilakukan pengukuran berdasarkan ukuran Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat.
Sehingga angka stunting tersebut bisa saja bertambah, jika seluruh balita di Riau dilakukan pengukuran. Pasalnya angka 601 ribu balita di Riau, belum semua dilakukan pengukuran oleh dinas terkait.
"Jadi baru 24,8 persen yang diukur, atau seperempatnya, masih ada 451.720 balita yang belum dilakukan pengukuran," tutur Mimi.
Menurut Mimi,tahun 2020 ini ada lima kabupaten yang menjadi lokus penanganan intervensi stunting di Riau. Di antaranya Rokan Hulu, Kampar, Meranti , Pelalawan dan Rokan Hilir.
"Memang target kita di tahun 2021 semua kabupaten kota di Riau menjadi fokus penanganan intervensi stunting ," imbuhnya.
Dengan adanya kasus stunting di Riau, untuk itu pihaknya mengajak masyarakat Riau untuk lebih memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsi oleh keluarga, khususnya ibu hamil , bayi dan balita.
"Stunting ini terjadi diakibatkan asupan pola makan yang kurang bergizi, baik pada saat masa kehamilan maupun pada masa pertumbuhan bayi dan balita .
Karena itu, Mimi menyarankan agar ibu hamil mengkonsumsi asupan yang bergizi, tablet tambah darah, sehingga saat bayi masih berada di dalam kandungan bisa tercukupi asupan gizinya.
Tinggi di 11 kabupaten/kota
Secara terpisah anggota Komisi V DPRD Provinsi Riau Kasir menyoroti tingginya kasus stunting yang dialami balita di sebelas kabupaten/kota di Riau, dimana hanya Kabupaten Kampar yang bebas dari penderita gagal tumbuh tersebut.
Kasir yang ditemui di Pekanbaru, belum lama ini, mengatakan sosialisasi dan edukasi tentang stunting di Riau sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan namun banyak masyarakat terkendala karena jauhnya akses kesehatan, khususnya yang bertempat tinggal di wilayah pesisir.
"Kendalanya itu karena banyak masyakarat atau ibu-ibu hamil yang tidak mau atau karena jauh dari puskesmassehingga malasmengecek kandungan mereka. Padahal ini layanannya gratis loh," ujar Kasir yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Fraksi PPP, Nasdem, Hanura DPRD Riau itu.
Kasir menjelaskan stunting merupakan pertumbuhan anak tidak dalam kondisi semestinya alias kerdil akibat kekurangan gizi kronis. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan kognitif yang tidak berkembang.
"Stunting ini kan tinggi di desa-desa terpencil. Kalau di Kota Pekanbaru memang masih ada, tapi angkanya sudah tinggal sedikit," ucapnya.
Untuk itu, pihaknya mendorong peran organisasi perempuan untuk gencar memberikan pemahaman kepada ibu-ibu hamil tentang bagaimana harus memenuhi asupan gizi.
"Di Kampar itu katanya bagus, karena ibu PKK-nya bergerak. Jadi peran perempuan sangat diperlukan untuk memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan ibu hamil dan mencukupi nutrisi," ujarnya.
Penanggulangan dan pencegahan stunting menjadi sangat penting karena akan berpengaruh terhadap produktifitas dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dan penghambat pembangunan manusia Indonesia.
RR/ant/zet