Rabu, 09 September 2015|13:36:05 WIB
HELSINKI (RRN) - Presiden Finlandia Sauli Niinistö mengatakan sebanyak 60 hingga 80 warganya telah berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Menurutnya, angka tersebut memang tidak banyak, tetapi jika dibandingkan dengan populasi Muslim Finlandia yang hanya berkisar 50 ribu hingga 60 ribu, jumlah tersebut sangatlah banyak.
Di Finlandia, terdapat beberapa komunitas Islam yang turut membantu pemerintah dalam menghalau doktrin ISIS yang turut menyebar secara luas melalui internet. Mazin Yassin, tokoh Islam di Masjid Al-Iman Helsinki, turut bekerja sama dengan pemerintah Finlandia dalam mencegah timbulnya ajaran esktremis di Finlandia.
Yassin kini telah menetap di Finlandia selama 12 tahun. Orang tuanya berasal dari Khartoum, Sudan tetapi Yassin dibesarkan di Nicosia, Siprus. Setelah menempuh pendidikan sekolah, ia tinggal di Dubai selama dua tahun dan kemudian melanjutkan studinya di Kuala Lumpur, Malaysia sebelum datang ke Finlandia.
Ia mendapatkan gelar sarjana di bidang bisnis internasional dan gelar master di bidang manajemen informasi dari Aalto University Finlandia. Kini, ia bekerja sebagai kepala peneliti di sebuah organisasi nonprofit.
Yassin juga telah menjalankan pekerjaan sukarelawan di Masjid Al-Iman Helsinki selama delapan tahun. Ia biasa memberikan edukasi terkait Islam kepada anak muda, bekerja dengan kelompok minoritas, serta mengerjakan berbagai proyek dengan pemerintah kota Helsinki.
awak media berkesempatan mewawancarai Yassin mengenai topik radikalisme di Finlandia. Berikut petikan wawancara dengan Mazin Yassin:
Berbagai pemberitaan media menyebut Finlandia sebagai negara dengan jumlah anggota ISIS terbesar (bila dibandingkan dengan populasi Muslim). Bagaimana Anda melihat permasalahan ini? Mengapa begitu banyak anak muda asal Finlandia yang bergabung dengan ISIS?
Berdasarkan data yang saya punya, sekitar 55 orang Finlandia bergabung dengan ISIS, di mana mereka berasal dari berbagai macam etnis, dan mayoritas dari mereka relatif muda. Di antara 55 orang tersebut, banyak dari mereka yang menyesali keputusannya begitu sampai di sana.
Yang saya pahami, Finlandia termasuk dalam daftar teratas sebagai negara dengan anggota ISIS terbanyak, bila dibandingkan dengan populasi Muslim di Finlandia. Artinya, rasio kami paling tinggi, meski bila dilihat secara mendalam, populasi Muslim di Finlandia sangatlah sedikit. Jadi, segelintir orang bisa mengacaukan semuanya dan membuat Finlandia terlihat seperti negara dengan banyak ekstremis.
Tentu saja ini menjadi perhatian kami. Kami tidak punya sejarah ekstremitas di Finlandia. Tidak ada sejarah terorisme yang berkaitan dengan ekstremis agama di Finlandia. Nyatanya, kami juga tidak punya masjid yang mengajarkan ajaran Islam radikal. Tentu saja kami terkejut mendapati bahwa rasio kami paling tinggi dibandingkan negara lainnya.
Setidaknya selama 15 bulan ini kami telah bekerja sama dengan pemerintah. Salah satu bagian dari prosesnya adalah mengedukasi masyarakat tentang struktur Islam, peran Imam dan masjid dalam mengadang ekstremitas, dan tentunya tentang tantangan-tantangan yang dihadapi Muslim di Finlandia.
Semakin kuat peran masjid dalam kehidupan anak muda, maka semakin kecil kemungkinan mereka mempunyai pandangan ekstremis. Anak muda yang bergabung dengan ISIS adalah mereka yang bermasalah. Mereka mungkin selama ini marah, frustrasi, terisolasi, dan kecewa. Kemudian ISIS menawarkan mereka sesuatu.
Kita perlu mengerti terlebih dulu bahwa di luar sana ada orang-orang yang mengincar anak muda yang bermasalah. Mereka hanya peduli menyebarkan kebencian dan berbuat kekejaman. Dan kita tidak bisa tinggal diam dan berpikir kita baik-baik saja hanya karena Finlandia tidak punya sejarah terkait ekstremitas.
Saat ini, anak muda dapat dengan mudah mengakses situs dari belahan bumi manapun, yang di dalamnya mungkin saja terdapat konten yang menyebarkan kebencian dan sikap intoleran. Semua bisa mereka dapatkan dari kamarnya masing-masing. Kita semua harus melakukan lebih banyak usaha dan saat ini kami tengah bekerja keras untuk itu.
Pertama, orang-orang cenderung berpikir bahwa ancaman radikalisme adalah masalah orang lain. Padahal, radikalisme bisa muncul di mana saja, dan hanya dibutuhkan anak muda yang gelisah dan koneksi internet untuk menyuburkan paham itu. Karenanya, orang dewasa perlu menghabiskan lebih banyak waktu memperhatikan aktivitas anaknya dan mempelajari pemikiran anaknya.
Kedua, Islamofobia tengah berkembang. Sebagian orang memanfaatkan aksi ISIS sebagai senjata untuk menyerang Islam. Bukannya melihat Islam sebagai alat untuk mengadang ekstremitas, Islam malah dinilai sebagai penyebabnya.
Warga Finlandia harus paham bahwa mengadang ekstremitas adalah kewajiban semua pihak. Kita juga harus benar-benar mendengarkan pikiran generasi muda.
Namun, secara keseluruhan, lingkungan di Finlandia cukup aman. Kami terus menciptakan kesan kebersamaan dan toleransi dengan umat beragama lain. Contohnya, pada bulan depan, umat Islam bersama-sama umat gereja akan mengadakan jalan bersama (dari gereja ke masjid) pada Hari Tanpa Kekerasan Internasional.
Saya sepakat edukasi dapat membantu untuk pencegahan radikalisme. Namun, kekurangan edukasi saja bukanlah penyebab utama radikalisme. Islam telah ada di Eropa selama berabad-abad lamanya.
Terutama selama beberapa abad belakangan, kita bisa lihat banyak imigran Muslim yang sukses berintegrasi ke Eropa. Mengapa saat itu tidak ada radikalisme? Mengapa radikalisme baru menjadi isu untuk didiskusikan sekarang?
Saya pikir ini adalah kombinasi berbagai isu: kurangnya pengetahuan akan Islam, kurangnya rasa memiliki, kekecewaan, dan frustrasi. Dalam beberapa kasus, pemuda merasa mereka tidak memiliki Finlandia, dan edukasi Islami saja tidak cukup untuk mengadang ekstremitas.
Kita perlu benar-benar turun tangan dan menemukan apa sebenarnya yang menganggu generasi muda kita. Mengapa mereka merasa terasingkan dan berpikir bahwa grup esktremis menjadi tempat yang lebih nyaman bagi mereka?
Saya pikir Islam di Finlandia dan Muslim secara keseluruhan kerap dilihat sebagai “kambing hitam”. Kami tidak pernah diterima sepenuhnya dalam komunitas. Islam masih dinilai sebagai agama yang berasal dari luar Finlandia.
True Finns, salah satu partai paling populer di Finlandia, merupakan satu-satunya partai yang mendiskusikan Islam dan imigrasi (meskipun mereka membawakannya dengan pernyataan negatif). Di luar itu, konsep menjadi orang Finlandia dan Muslim merupakan hal yang sangat jarang didiskusikan.
Saya pikir kami perlu lebih sering membicarakan isu-isu semacam ini dan tidak boleh takut sama sekali. Saat ini, satu-satunya suara yang muncul dan memperdebatkan hal ini adalah mereka yang berkeyakinan bahwa Finlandia tidak boleh beragam. Mereka berpendapat bahwa keberagaman adalah sumber masalah di Finlandia dan Islam merupakan ancaman bagi warga Finlandia.
Padahal, nyatanya, hanya ada sekitar 50 ribu hingga 60 ribu Muslim di Finlandia, yang artinya hanya satu persen dari populasi Finlandia. Kami perlu mendebat pernyataan semacam itu di publik, secara berani dan jujur.
Sejujurnya kami dapat katakan bahwa kami tidak mengetahui mereka yang telah kembali dari ISIS. Kami bahkan tidak tahu siapa saja yang telah berangkat untuk bergabung dengan ISIS. Namun tentu saja, ini bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan.
Aksi ISIS sangat tidak manusiawi dan barbar. Bergabung dengan grup tersebut bukanlah sesuatu yang membanggakan.
Adapun, bila kami bertemu dengan orang yang telah kembali dari ISIS, perhatian kami adalah mendapatkan jawaban dari mereka atas pertanyaan-pertanyaan penting, misalnya seperti apa keadaan ISIS sebelum mereka meninggalkannya serta apa motivasi mereka.
Tampaknya seperti ada kebencian terhadap Islam di Finlandia yang mendidih perlahan-lahan. ISIS dan pemberitaan mengenai Muslim Finlandia yang bergabung dengan mereka turut menyebabkan kebencian tersebut muncul ke permukaan.
Partai politik seperti True Finns secara jelas memanfaatkannya sebagai ‘bukti’ bahwa Islam berarti kekerasan dan tidak mendapatkan tempat di Finlandia.
Apalagi, Finlandia tidak punya sejarah terkait migrasi dan imigrasi, dibandingkan Swedia, Jerman, dan Denmark. Karenanya, kebutuhan untuk hidup bersama orang dengan latar belakang yang berbeda menjadi hal yang baru di Finlandia.
Kami selalu berusaha punya kedekatan dengan berbagai komunitas Islam dan berupaya mencegah terjadinya “mental korban”. Kami tidak mau anggota komunitas Islam merasa bahwa semua warga Finlandia menolak keberadaan mereka.
Meski ada pernyataan politik yang menentang keberadaan Islam, nyatanya kami semua merasa aman. Masjid kami tidak menjadi target dalam skala besar dan kami masih bisa berjalan di jalan dengan aman. Kami mau Muslim merasa bahwa adalah hal yang mungkin untuk menjadi warga Finlandia dan Muslim dalam waktu yang bersamaan.
Kami juga berusaha mengedukasi masyarakat tentang ajaran yang sesungguhnya dari Islam. Di Masjid Al-Iman, kami secara rutin memberikan edukasi kepada para siswa dari sekolah menengah dan universitas. Mereka bisa bertanya apa saja terkait Islam.
Semakin seorang Muslim terdidik dengan baik akan ajaran agamanya dan agama orang lain, maka akan semakin toleran ia terhadap orang lain. (ama/stu/fn)