Selasa, 19 November 2019|12:52:36 WIB
RADARRIAUNET.COM: Penjabat Presiden Bolivia Jeanine Anez berjanji segera menggelar pemilihan umum di tengah gelombang protes yang terjadi sejak akhir Oktober dan berlanjut usai mundurnya Presiden petahana Evo Morales.
"Dalam waktu dekat, kami akan mengumumkan mandat utama kami: pemilu transparan," tegas Anez dalam pidatonya di istana kepresidenan di La Paz, disitat dari AFP, disitat dari Media Indonesia, Senin (18/11/2019).
Ia tidak memberikan detail lebih lanjut dan hanya mengatakan pengumuman pemilu bertujuan memulihkan kredibilitas demokrasi Bolivia.Kerusuhan di Bolivia pertama kali terjadi usai Morales dituduh berbuat curang dalam pemilu 20 Oktober. Morales, presiden pertama Bolivia dari etnik pribumi, mengundurkan diri pada 10 November di bawah tekanan para demonstran.
Unjuk rasa tandingan pro-Morales berlanjut usai mundurnya sang presiden. Sementara Morales memilih pergi ke Meksiko usai mendapat perlindungan suaka dari negara tersebut.Anez, senator perempuan berusia 52 tahun, mendeklarasikan diri menjadi penjabat presiden Bolivia, dua hari usai mundurnya Morales.
Sejauh ini, menurut data Komisi Hak Asasi Manusia Antar-Amerika (IACHR), kerusuhan di Bolivia telah menewaskan sedikitnya 23 orang dan membuat ratusan lainnya terluka sejak akhir Oktober.
Dalam unjuk rasa di Kota Cochabamba, IACHR mencatat ada sembilan orang tewas dalam bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan. Pemerintah interim Bolivia hanya mencatat adanya lima korban jiwa.
Sebagian besar massa pendukung Morales berasal dari wilayah pegunungan Bolivia, terutama mereka yang berprofesi sebagai petani daun koka. Morales sendiri pernah menjadi petani koka di masa lalu.
Sementara itu, dari Meksiko, Morales mengecam keras pembunuhan yang dilakukan aparat keamanan terhadap demonstran."Kejahatan terhadap kemanusiaan ini tidak boleh dibiarkan begitu saja," tegasnya.
Morales beberapa kali mengungkapkan dirinya ingin kembali pulang ke Bolivia, namun masih menanti momen yang tepat.
RR/MI