Perangi ISIS, Turki Akan Gunakan Sistem Roket AS
ilustrasi perang sipil Suriah. Reuters/Baz Ratner

Perangi ISIS, Turki Akan Gunakan Sistem Roket AS

Rabu, 27 April 2016|14:56:06 WIB




RADARRIAUNET.COM - Turki akan menggunakan beberapa peluncur roket buatan Amerika Serikat guna menggempur markas ISIS di perbatasan Suriah. 
 
Menteri Luar Negeri, Mevlut Cavusoglu pada Selasa (26/4) mengungkapkan bahwa peluncur roket yang disebut High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS) "akan dikerahkan di perbatasan Turki pada Mei mendatang sebagai bagian dari kesepakatan" dengan pemerintah AS. 
 
Sistem peluncur roket itu digunakan "sehingga kami dapat menyerang Daesh (ISIS) lebih efektif," katanya kepada surat kabar Haberturk, dikutip dari AFP. 
 
Turki merupakan anggota koalisi serangan udara yang dipimpin AS untuk menggempur ISIS. Dalam beberapa bulan terakhir, Turki meningkatkan serangan di Suriah setelah negara ini dilanda sejumlah serangan bom yang dilakukan oleh para ekstremis.
 
Ankara juga memberi akses kepada jet tempur AS, yang termasuk dalam koalisi serangan terhadap ISIS, untuk menggunakan pangkalan udara di wilayah selatan Turki. 
 
Dalam beberapa pekan terakhir, kota Kilis yang berada di perbatasan Turki sering dihujani serangan roket yang melintasi wilayah perbatasan. Tentara Turki kemudian membalasnya dengan serentetan tembakan howitzer.
 
Cavusoglu menyatakan HIMARS membuat militer Turki dapay menyerang ISIS dengan jarak sekitar 90 kilometer. Selama ini tentara Turki memiliki artileri yang dapat meluncur hanya sekitar 40 kilometer.
 
Serangan ini bertujuan untuk meningkatkan kendali di perbatasan Manbij, rute di belakang wilayah perbatasan yang sering digunakan ISIS untuk menyelundupkan ekstremis ke Suriah.
 
Turki ingin mendirikan wilayah yang aman sekitar 98 kilometer dari daerah Manbij dan wilayah perbatasan, sehingga dapat menyediakan tempat perlindungan bagi pengungsi Suriah, menurut keterangan Cavusoglu.
 
Ankara sudah lama ditekan untuk mengamankan wilayahnya yang bersebelahan dengan Suriah yang tengah dilanda perang. Kanselir Jerman, Angela Merkel, akhir pekan ini menyatakan wilayah itu "sangat penting dalam negosiasi gencatan senjata" di Suriah.
 
Tetapi pemerintah AS menentang gagasan tersebut, dan menyatakan pengamanan wilayah itu akan berujung pada zona larangan terbang, yang dapat menimbulkan konflik karena pesawat tempur Rusia masih terbang di wilayah Suriah. 
 
 
 
ama/cnn/rrn/nesta






Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita NEWS

MORE

MOST POPULAR ARTICLE