Selasa, 15 Oktober 2019|10:05:31 WIB
RADARRIAUNET.COM: Detasemen Khusus 88/ Antiteror Polri menangkap 22 orang terduga teroris di sejumlah wilayah. Penangkapan dilakukan mulai 10-14 Oktober 2019 atau sejak peristiwa penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang.
"Penangkapan terduga terorisme 10-14 Oktober 2019 ada 22 tersangka. Densus masih berada di lapangan," ujar Karopenmas Mabes Polri Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Kantornya, di Jakarta, dikutip dari laman CNN Indonesia, Senin (14/10).
Dedi mengungkapkan saat ini Tim Densus 88 gencar melakukan upaya mitigasi guna mencegah kelompok terorisme melakukan aksi amaliahnya.
Pascapenyerangan terhadap Menko Polhukam Wiranto, Kamis (10/10), Tim Densus 88 menangkap tiga terduga teroris di wilayah Banten. Mereka berinisial SA alias Abu Rara, FA, dan RA. Pada hari yang sama, dilakukan penangkapan terduga teroris dengan inisial WBN alias Budi di Bandung.
Keesokan harinya, Tim Densus 88 bergerak ke wilayah Bali, Sulawesi Utara, Jambi, dan Cengkareng. Di Bali, tim Densus 88 menangkap AP dan ZA. Keduanya merupakan ayah dan anak. Dedi mengatakan, AP memiliki peran sebagai koordinator untuk melakukan penyerangan. Dalam penangkapan ini, turut diamankan sejumlah barang bukti seperti busur panah.
Sementara di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, ditangkap terduga teroris dengan inisial S alias Jack Sparrow. Dedi menuturkan S menjadi bagian dari Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
"Rencana untuk melakukan jihad di Papua. Yang bersangkutan [S] memiliki kemampuan untuk merakit dan membuat bom," tambah Dedi.
Di Jambi pada Jumat (15/10), Tim Densus 88 menangkap R alias Putra alias Pedagang Berdebu. Dedi berujar kelompok R tidak memiliki struktur yang baik di lapangan. Namun, di media sosial mereka bergerak sistematis.
"Dia tidak harus secara langsung atau fisik, tapi intensitas kontak di media sosial itu sistematis dan terstruktur. Apa pun yang ingin mereka lakukan, mereka menyampaikan di media sosialnya. Baik menggunakan telegram maupun yang lain," ucapnya.
Di hari yang sama dilakukan penangkapan terhadap TH di Cengkareng. Tim Densus 88 mengamankan handphone, buku tabungan, pisau lipat, dua bendera ISIS, serta buku dan kertas catatan tentang organisasi ISIS.Berikutnya pada Minggu (13/10), Tim Densus 88 menangkap dua terduga teroris di Cirebon (YF dan BA); NAS dan APS alias Arif Hidayat di Lampung; A di Poso; RF di Indramayu.
Pada Senin (14/10), Tim Densus 88 menangkap tiga terduga teroris di Bandung dengan inisial N, JJ, dan AAS serta empat terduga teroris di Lampung dengan inisial PH, Y alias Yudistira, MRM alias Rifki, dan UD.
Dedi menjelaskan terduga teroris yang ditangkap di wilayah Lampung merencanakan aksi amaliah untuk menyerang kantor kepolisian di Lampung. "Sasaran utama dia adalah kepolisian," ungkap Dedi.
Cek KTP Pendatang
Sementara itu Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan, pihaknya mencurigai sejumlah tempat selain Kecamatan Menes menjadi sarang teroris. Hal itu dia sampaikan usai kasus penusukan Menko Polhukam Wiranto pada 10 Oktober lalu. Walaupun demikian, dirinya enggan menjelaskan secara detil.
Sehingga, pihaknya berencana akan memperketat arus urbanisasi dengan memantau pendatang ke kabupaten tersebut. "Sarang teroris harus tanya juga ke penegak hukum, kepolisian. Saya hanya mendengar bahwa ada beberapa [kecamatan yang menjadi sarang teroris], yang tak hanya menjurus ke Menes. Tapi validnya harus tanya pihak hukum, BIN, dan sebagainya," kata Bupati Pandeglang, Irna Narulita, ditemui di Pendopo Kabupate Pandeglang, Banten, Senin (14/10).
Dia mengkhawatirkan radikalisme bisa memengaruhi generasi muda karena urbanisasi yang tak bisa ditutup di Banten Selatan. "Kita khawatir anak-anak jadi pengantin bom bunuh diri, penusukan dengan sajam, itu kan menghancurkan masa depan mereka," katanya.
Irna menegaskan Pemkab Pandeglang melalui perangkat pemerintahannya hingga ke tingkat RT bakal memantau para pendatang, terutama yang dianggap mencurigakan.
Pendataan bagi orang yang berpindah ke wilayah itu akan dilakukan, yakni dengan meminta identitas warga yang baru masuk ke Pandeglang. Identitas itu akan diminta oleh RT kemudian
dilaporkan ke pemerintahan yang lebih atas lagi secara bertingkat.
"Banyak juga orang asing [pendatang] di sini harus dipantau pemerintah. Bagaimana pendekatan persuasif kita akan lakukan, agar kita bisa lakukan lebih selektif ketat," jelasnya.
RR/cnni/zet