RADARRIAUNET.COM - Organisasi nirlaba Mozilla memutuskan untuk menghentikan proyek sistem operasi mobile Firefox OS untuk ponsel pintar terjangkau. Tetapi sistem operasi ini akan tetap ada, dengan memberikan fitur canggih dan mendukung produktivitas.
Mozilla menilai Firefox OS yang sebelumnya direncakan dipakai pada ponsel dengan harga sekitar US$ 25, tidak mampu menarik perhatian pasar.
Mozilla mengubah pandangan itu dengan merapkan strategi baru yang mereka sebut dengan "Ignite," untuk menekankan fitur menarik dan tidak lagi menekankan pada perangkat harga murah. Strategi ini juga mempertimbangkan kehadiran aplikasi pihak ketiga yang dikembangkan oleh para pemrogram komputer.
"Kami akan membangun ponsel dan perangkat yang terhubung untuk orang yang ingin membeli karena senang dengan pengalaman memakainya, bukan karena harganya, "kata CEO Mozilla, Chris Beard, seperti dikutip dari CNet, Sabtu (22/5).
Organisasi pengembang aplikasi peramban (browser) Firefox ini mencoba bersaing dengan Apple iOS dan Google Android dari sisi teknologi. Firefox OS diluncurkan pada 2013 dengan tujuan membawa ponsel pintar kepada jutaan penduduk dunia yang belu menggunakannya.
Sejumlah perusahaan teknologi besar memang terus mencoba masuk ke bisnis ponsel pintar, baik dari sisi peranti keras dan peranti lunak. Lembaga riset pasar Gfk mencatat, pengiriman ponsel pintar secara global mencapai 310 juta ponsel dengan nilai penjualan US$ 96 miliar. Angka ini tumbuh 7 persen secara pengiriman dari tahun ke tahun dan tumbuh 8 persen dari tahun ke tahun dalam hal nilai.
Jika Firefox OS mampu mencapai sukses, maka ia akan menantang ponsel pintar Android yang selama ini mengincar segmen pasar menengah. (adt/fn)
Digempur Merek Asing, Smartphone Lokal Makin Tersingkir
RADAR TEKNO Produsen ponsel pintar dari Indonesia diprediksi akan mendapat gempuran lebih hebat dari kompetitor global di tahun ini, setelah Tiongkok yang selama ini jadi pasar besar industri ponsel pintar menunjukkan tanda-tanda kejenuhan pada kuartal pertama 2015.
Lembaga riset pasar International Data Corporation (IDC) memperkirakan hal ini akan membuat produsen ponsel pintar global melakukan ekspansi lebih agresif di pasar yang sedang tumbuh seperti India dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Menurut IDC, pengiriman ponsel pintar ke Negeri Tirai Bambu ini pada kuartal pertama 2015 menurun untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir sebesar 98,8 juta unit atau turun 4,3 persen dari periode yang saham tahun 2014.
Country Manager IDC Indonesia, Sudev Bangah mengatakan, serangan dari kompetitor global akan memberi tekanan besar untuk para pemain lokal. Ia menyarankan vendor lokal untuk memperkuat bisnis di kawasan timur Indonesia.
Ponsel pintar harga murah yang ditawarkan vendor lokal punya peluang besar bermain di Indonesia timur, di mana banyak warga akan beralih dari ponsel fitur menuju ponsel pintar dan mulai memakai Internet.
"Vendor lokal perlu lebih kuat bermain di Indonesia bagian timur, karena vendor global akan mengincar kota-kota besar," ujarnya kepada awak media saat ditemui usai jumpa pers peluncuran TelkomTelstra di Jakarta, Rabu (13/5).
Sementara itu, untuk produk harga menengah dari para produsen global akan lebih serius memperluas pasar di Pulau Sumatera dan Jawa.
Tekanan dari produsen global sebenarnya telah lama dirasakan produsen lokal. Hasan Aula, CEO Erajaya Swasembada yang memiliki merek dagang ponsel Venera, sejak lama menurunkan harga produknya untuk mengincar pasar kelas bawah agar bisa berkompetisi dengan yang lain.
"Dahulu waktu pertama kali diluncurkan tahun 2009, ponsel Venera kami jual sekitar Rp 1,2 juta. Tapi perlahan kami mulai turunkan harga karena persaingan makin kuat," ujar Hasan beberapa waktu lalu.
Tekanan yang tak kalah kuat sekarang datang dari produsen ponsel dari daratan Tiongkok, seperti Lenovo, Oppo, Asus, hingga Huawei, yang dinilai IDC terus mendapat kepercayaan dari konsumen Indonesia.
Meski mendapat tekanan, IDC memperkirakan tahun ini gabungan vendor lokal masih menguasai 40 persen pangsa pasar ponsel pintar di Indonesia. Angka itu tumbuh dari sekitar 23 sampai 25 persen tahun lalu berkat upaya merek seperti Smartfren, Evercoss, Advan, hingga Mito yang menumbuhkan penjualan mereka.
IDC sendiri memprediksi pengiriman ponsel pintar di Indonesia tahun 2015 ini akan mencapai 29.769.332 unit atau tumbuh 20 persen dibandingkan tahun 2014. (adt/eno/fn)