Jumat, 01 Maret 2019|12:23:30 WIB
Jakarta: Mobile Marketing Association (MMA) mengungkap enam tren seluer pada 2019 di Indonesia. Tren ini bisa merefleksikan strategi marketing yang efektif untuk melakukan penetrasi ke pasar dengan jumlah pengguna internet hingga 140 juta orang ini.
1. Pembayaran digital
Berdasarkan hasil riset MDI Ventures & Mandiri Sekuritas, pasar pembayaran mobile Indonesia akan mencapai Rp459 triliun (US$30 billion) dari total nilai transaksi bruto (GTV) pada tahun 2020. Selain itu pembayaran mobile mencapai Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan sekitar 158% sejak tahun 2016 hingga 2020.
Kehadrian platform pembayaran digital seperti Ovo, GrabPay, Dana, hingga Pay Pro semakin meningkatkan inklusi keuangan. Berbagai promo yang ditawarkan oleh para pemain ini semakin meningkatkan inklusi keuangan dan mendorong transaksi cashless.
Bagi MMA, Indonesia telah cukup adaptif dengan inovasi dompet digital sebagai metode pembayaran. Jumlah pengguna terus bertambah dan akan mengalami implementasi yang signifikan dalam waktu dekat.
2. Konsumsi video
Tren kedua adalah meningkatnya konsumsi video dan tayangan vertikal. Berdasarkan data dari Telkomsel Digital Advertising, proyeksi konsumsi video pada 2020 akan mencapai angka lebih dari 120 Petabyte.
Konsumsi video tumbuh secara signifikan pada tahun 2018, di mana Telkomsel melihat peningkatan 59 persen dalam penggunaan data per pengguna di jaringan mereka. Peningkatan Ini didorong oleh meningkatnya pasokan konten video gratis seperti YouTube, Spotify, hingga TikTok.
3. Konten berlangganan
Ketiga adalah peningkatan volume konten berlangganan dibandingkan konten gratis. Konsumen disinyalir akan banyak yang berlangganan konten dibandingkan sekedar menyaksikan konten secara cuma-cuma.
Konsumsi konten berbasis langganan seperti Netflix, Iflix, hingga Spotify terus meningkat. Di Telkomsel pertumbuhannya adalah 22 persen, hampir dua kali lipat pertumbuhan konsumsi konten gratis (12 persen). Selain itu, pengguna platform berbayar mengonsumsi data 7,4 kali lebih banyak ketimbang konsumen video gratis. Meski jumlah pengguna konten berbayar jauh lebih rendah dibandingkan konten gratis seperti YouTube.
4. Chatbot
Pelaku bisnis telah mulai memanfaatkan chatbot dan kecerdasan buatan (AI) . Dua hal ini digunakan untuk
memperluas jangkauan mereka dan mendukung upaya pemasaran mereka. Melalui chatbot dan AI pelaku bisnis bisa melibatkan konsumen secara pribadi agar percakapan lebih natural.
Berdasarkan data dari Line Indonesia, setidaknya ada 168 akun brand resmi dan lebih dari 2,5 juta akun dagang UKM.
Contohnya adalah VIRA (Virtual Assistant Chat Banking BCA) milik BCA, BNI lewat CINTA (Chat with your Intelligence Advisor), serta Mandiri dengan MITA (Mandiri Intelligence Assistant).
5. Mobile gaming
Tren kelima adalah mobile game untuk semua orang.
Penelitian terbaru oleh Pokkt, Decision Labs, dan MMA menemukan bahwa ada 60 juta mobile gamer di Indonesia.
Angka tersebut akan terus meningkat ke angka 100 juta pada tahun 2020. Yang menarik, dunia permainan tidak didominasi oleh pemuda laki-laki. Faktanya, 51% gamer Indonesia adalah perempuan. Bahkan 41% berusia 35 tahun ke atas.
Lebih lanjut hasil riset menunjukkan 56% ibu yang memiliki anak berusia di bawah 10 tahun juga merupakan pemain game mobile.
6. Sadar AdFraud
Tren keenam adalah tumbuhnya kesadaran AdFraud (kecurangan iklan). Berdasarkan Traffic Guard, jumlah total kecurangan iklan di Asia Pasifik diperkirakan merugikan para pemasang iklan hingga US$56 miliar pada tahun 2022.
AppFlyers menganalisis bahwa ada kerugian pendapatan sebanyak 65-70 juta dolar pada tahun 2017 di platform mereka. Penipuan iklan ponsel di Indonesia adalah yang terbesar kedua di dunia.
Namun, sebagian besar pengiklan Indonesia masih tidak memantau penayangan iklan dan bahkan tidak mengetahui masalah tersebut.
RRN/CNNI