Sabtu, 29 Agustus 2015|11:54:38 WIB
WASHINGTON (RRN) - Institute of International Finance (IIF) melaporkan aliran modal mengalir keluar dari pasar negara-negara berkembang (emerging market) pada Agustus. Keluarnya modal ini karena para investor panik sehingga membuang ekuitas mereka sejumlah USD8,7 miliar atau setara Rp121,8 triliun.
AFP melansir, Sabtu (29/8/2015), arus keluar modal bersih mencapai USD4,5 miliar, dengan arus masuk utang (surat utang) hanya setengahnya mengimbangi aksi jual ekuitas, IIF melaporkan pada Kamis malam.
Itu bulan pertama selama tahun ini, modal negatif bersih mengalir ke pasar negara berkembang (EM), dan kontras dengan Juli yang tenang, ketika arus keluar modal hanya USD100 juta, dibandingkan dengan arus masuk utang sebesar USD6,2 miliar.
Arus keluar itu sangat intensif pada Senin, 24 Agustus, memicu sebuah "Flows Alert" untuk IIF, sebuah kelompok riset perbankan dan lobi global.
"Hari itu saja, tujuh negara dalam sampel arus harian kami mengalami arus keluar USD2,7 miliar, besarnya sama dengan 17 September 2008 selama pekan kebangkrutan Lehman Brothers," kata IIF.
Alasan utama, menurut kelompok riset itu, adalah gejolak di Tiongkok, di mana bursa saham Shanghai pada hari itu mengalami penurunan tajam 8,5 persen.
"Harga komoditas lemah dan dikaitkan dengan Tiongkok telah menekan pasar saham negara-negara berkembang, ketika pasar sudah tegang dalam mengantisipasi tinggal landas The Fed," IIF mengatakan, mengacu pada ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS.
"Pengumuman rezim nilai tukar baru yang lebih berorientasi pasar dan devaluasi yuan pada 11 Agustus meningkatkan kekhawatiran tentang ekonomi Tiongkok dan memicu volatilitas pasar berbasis luas, depresiasi mata uang dan penjualan luas ekuitas negara-negara berkembang," tambahnya. ( mtvn/n)