Selasa, 27 Februari 2018|15:08:17 WIB
Jakarta: PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengaku akan meninjau ulang soal kursi tunggu di stasiun Kereta Rel Listrik (KRL) atau commuter. Sebab, ada kebutuhan besar pengguna KRL terhadap tempat duduk saat menanti kereta.
Coorporate Deputy Director Sistem Informasi PT KAI Endro Rahardjo mengakui kursi tunggu di stasiun sangat dibutuhkan oleh pengguna KRL. Terlebih, banyak kereta mengalami keterlambatan yang membuat waktu tunggu bertambah lama.
Dia pun berjanji akan mengevaluasi kembali soal ketersediaan kursi tunggu di stasiun commuter.
"Kami paham dan sadar pengguna banyak yang komplain, ini akan jadi masukan dan akan kami evaluasi terus," kata Endro, pada awak media di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (27/2).
Terlepas daru itu, Endro mengakui minimnya kursi tunggu di stasiun KRL memang disengaja. Hal ini demi menghindari calon penumpang yang sengaja duduk lama di sekitar stasiun.
Sebab, stasiun lazimnya digunakan untuk orang pergi dan segera keluar dari stasiun setelah naik atau turun dari kereta.
"Ini memang sengaja karena nanti semakin banyak kursi semakin banyak yang duduk atau tidur-tiduran di stasiun," dalihnya.
Selain itu, lanjut Endro, lahan tunggu yang sempit juga menjadi alasan pihaknya untuk tak menyediakan bangku-bangku tunggu di stasiun commuter.
"Lahan sempit, nanti bisa ganggu aktivitas lalu lalang pengguna," tambahnya.
Meski demikian, Endro menyebut pihaknya sudah menyediakan tempat duduk di kawasan stasiun yang diperuntukan bagi pengguna prioritas.
Meski jumlahnya tidak banyak, kata dia, keberadaan kursi-kursi itu diharapkan bisa memenuhi kebutuhan para pengguna prioritas yakni ibu hamil, orang tua, cacat, dan juga ibu menyusui.
"Di beberapa stasiun kami sudah sediakan kursi untuk prioritas, jadi kami harap itu sudah penuhi kebutuhan," tandasnya.
Protes pengguna KRL banyak mengemuka ketika terjadi perubahan jenis kursi tunggu, pada 2015. Kursi itu berubah dari yang tadinya berbentuk kursi duduk biasa menjadi serupa tiang besi dengan sandaran di atasnya yang membuatnya mirip jemuran.
Situs change.org bahkan memiliki petisi bertajuk "Kembalikan fungsi bangku stasiun seperti semula, jangan pakai 'jemuran handuk'".
Rahmat Ali, penggagas petisi, menyatakan jenis bangku yang mirip 'jemuran handuk' itu tak bersahabat dengan pengguna KRL. Terlebih, jumlahnya sedikit.
Ia menyebut, penumpang tidak mungkin berlama-lama di KRL karena cenderung mengejar waktu.
"Karena keterlambatan yang luar biasa, masalah antrean yang belum ada solusinya membuat calon penumpang menunggu sangat lama. Mereka saat tertahan itu berdiri,tentu butuh bangku untuk istirahat, masa harus berdiri lagi? Keberadaan 'jemuran handuk' tersebut mubazir, jika akan duduk maka mereka terpaksa mengampar atau lesehan di bawah," keluhnya.
arh/cnni