Selasa, 27 Februari 2018|15:02:23 WIB
Jakarta: Perum Bulog memastikan, stok beras impor yang masuk gudang perseroan di akhir bulan ini akan mencapai 261 ribu ton. Jumlah tersebut, lebih rendah dari penugasan pemerintah sebanyak 281 ribu ton.
Pemerintah semula memang merencanakan impor beras sebanyak 500 ribu ton. Namun, volume impor tersebut kemudian diturunkan menjadi 281 ribu tok. Adapun pengadaan beras terbatas pada 15 Januari dengan batas waktu kapal tiba pada 28 Februari 2018.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menyatakan, jumlah stok beras Bulog khususnya yang berasal dari impor tersebut akan terus bergerak. Namun, Djarot memastikan bahwa hingga akhir Februari 2018 stok yang masuk gudang sebanyak 261.000 ton.
"Masih ada yang proses bongkar. Ada kapal yang masuk perairan dan belum bongkar. Stok eks impor harus update (perbaharui) terus. Sampai akhir bulan ini tercatat nanti 261.000 ton yang masuk gudang," ujar Djarot dikutip dari Antara, Selasa (27/2).
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga beras khususnya kualitas medium tercatat sudah mengalami kenaikan tipis.
Pada Jumat (23/2), rata-rata harga nasional Rp11.084 per kilogram, dan pada Senin (26/2) menjadi Rp11.085 per kilogram, atau masih di atas HET yang ditentukan yakni sebesar Rp9.450 per kilogram untuk wilayah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi.
Harga tersebut sudah mengalami penurunan jika dibandingkan kondisi pada awal Februari 2018 yang tercatat sebesar Rp11.225 per kilogram.
Di sisi lain, Menteri Perdagangan Enggarsito Lukita pada hari ini (27/2), memantau langsung stok beras pada Perum Bulog guna memastikan stok beras untuk menggelar operasi pasar jika diperlukan.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memantau langsung stok beras pada Perum Bulog, yang akan dipergunakan sebagai stok pemerintah menggelar operasi pasar (OP) jika diperlukan.
"Beras impor yang masuk, benar masuk di gudang Bulog sebagai cadangan. Kapan dikeluarkan, nanti pemerintah akan melihat perkembangan," terang Enggartiasto.
Enggartiasto mengatakan, kapan beras tersebut dikeluarkan, nantinya akan menggunakan skema operasi pasar jika diperlukan, untuk menurunkan harga beras sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan.
"Dalam OP, akan lebih masif untuk stabilisasi harga. Kita memastikan, beras impor itu kita pakai untuk cadangan. Tidak usah khawatir kita akan terus melakukan OP," jelasnya.
Cnni/Ant