Jika ISIS Kolaps, Bahaya Besar Mengintai dari Para Militan Asing
ilustrasi. dtc

Jika ISIS Kolaps, Bahaya Besar Mengintai dari Para Militan Asing

Jumat, 30 September 2016|14:11:29 WIB




RADARRIAUNET.COM - Otoritas Australia mengkhawatirkan kembalinya warga negara mereka yang telah bergabung kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Suriah. Para militan asing yang meninggalkan Suriah berpotensi melancarkan serangan teror di negara asalnya. Bahaya besar mengintai jika ISIS benar-benar kolaps di Suriah, juga Irak.

Puluhan ribu militan asing yang berasal dari 100 negara terlibat dalam konflik Suriah, dengan bergabung kelompok-kelompok militan seperti Al-Qaeda dan juga ISIS. Seperti dilansir media Australia, news.com.au, Rabu (28/9/2016), sedikitnya 110 warga Australia telah bergabung kelompok radikal itu.

Dalam pernyataannya kepada wartawan setempat di Sydney, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengakui bahwa kembalinya militan asing akan menjadi kekhawatiran yang sangat nyata bagi pemerintah Australia dan otoritas terkait. PM Turnbull menyatakan, pemerintah telah melakukan serangkaian perubahan pada aturan keamanan demi mengantisipasi kembalinya militan asing.

"Kami dengan tegas, tanpa penyesalan, fokus pada menjaga warga Australia tetap aman dan kami memperhatikan secara saksama setiap warga Australia yang ingin kembali dari zona konflik di Suriah," tegas PM Turnbull.

Namun news.com.au menyebut persoalan yang ada mungkin terlalu besar untuk dikendalikan Australia. Laporan yang dirilis Institut Kebijakan Internasional Lowy, awal bulan ini, menjelaskan dengan rinci ancaman keamanan jangka panjang yang ditimbulkan militan asing.

Dalam laporan berjudul 'Foreign Fighters in Syria and Iraq: The Day After' yang ditulis Lydia Khalil dan Rodger Shanahan, disebutkan adanya peningkatan gelombang militan asing yang meninggalkan Suriah dan Irak dalam beberapa bulan, bahkan beberapa tahun ke depan setelah runtuhnya kekhalifahan ISIS.

"Dalam lima tahun terakhir, lembaga pemberantasan terorisme di negara-negara Barat sebagian besar fokus pada individu yang diradikalisasi yang pergi ke Suriah dan Irak. Kini dan di masa mendatang, lembaga-lembaga itu perlu lebih fokus pada mereka yang pergi keluar (dari Suriah dan Irak)," imbuhnya.

"Prospek kolapsnya kekhalifahan ISIS kemungkinan besar akan meningkatkan jumlah militan asing yang meninggalkan wilayahnya. Secara lebih umum, militan asing yang bertahun-tahun terlibat konflik Suriah dan Irak akan menggaungkan konflik sebelumnya seperti di Afghanistan dan Bosnia," terangnya.

Berbicara kepada news.com.au, Dr Shanahan menyebut ancaman terbesar untuk Australia datang dari militan asing yang memiliki keahlian untuk merencanakan serangan tidak hanya di negara asalnya, tapi juga di negara-negara Barat lainnya.

Ancaman itu, menurut Shanahan, tidak bisa diremehkan. Dia mengambil contoh serangan teroris di Indonesia pada awal tahun 2000-an, yang menyoroti militan asing yang kembali dari Afghanistan. Tragedi bom Bali tahun 2002 dan sejumlah serangan teror lainnya didalangi kelompok Jemaah Islamiyah yang menerima pelatihan militan di Afghanistan.

Shanahan menyebut, dunia harus bersiap untuk menghadapi 'potensi' terulangnya kembali serangan semacam itu, namun dalam skala lebih besar.


dtc/fn/radarriaunet.com







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita NEWS

MORE

MOST POPULAR ARTICLE