Selasa, 25 Agustus 2015|14:41:05 WIB
RADAR FEMALE - Akhir-akhir ini kriminalitas berupa kekerasan seksual semakin meningkat. Banyak terjadi pelecehan seksual terhadap perempuan baik itu berupa rabaan, rangsangan, pemerkosaan dsb. Pelakunya pun biasanya adalah orang dekatnya, bisa jadi saudara, tetangga dan bahkan ayahnya sendiri.
Bagi perempuan, keperawanan adalah hal yang tak ternilai. Ketika perempuan mengalami kekerasan seksual maka mereka akan merasa ternoda dan akan menimbulkan trauma yang mendalam dalam jangka panjang. Kasus yang terjadi banyak menimpa pada anak-anak. Anak-anak masih sangat polos sehingga mudah untuk dimanfaatkan oleh oknum yang tak bertanggung jawab.
Kejadian kekerasan seksual banyak yang tidak terungkap maupun terendus oleh keluarga disekitarnya. Hal ini dikarenakan korban sering menutup diri baik itu karena paksaan pelaku atau takut karena orang lain tau bahwa korban sudah ternoda. Tidak sedikit kasus kekerasan seksual yang terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Sehingga ketika korban hamil baru kasusnya ketahuan. Terlepas dari itu semua akibat dari kekerasan seksual lah yang paling beresiko pada korban.
Korban akan mengalami trauma ketika mendengar hal yang serupa, atau ada orang yang ingin mendekatinya dan memanfaakannya. Hal ini akan menyebabkan korban sering putus asa, tidak percaya pada orang lain, tertutup dan frustasi. Korban akan menderita beban emosional sehingga mengakibatkan trauma yang mendalam.
Sebut saja Dara (korban kekerasan seksual), sekarang ia tak berpikir untuk menjalin hubungan dekat dengan pria karena membayangkan malam pertama saja sudah mual dan ingin muntah. Ia membayangkan betapa kecewanya si suami kalau kelak menjumpai dirinya sudah tidak perawan lagi.
Jika sudah terjadi, seperti apa penanganan yang bisa dilakukan?
Menghilangkan trauma pastinya bukan hal yang mudah, apalagi penyebabnya adalah kekerasan seksual, yang membuat perempuan menjadi ternoda dan bahkan ada yang kehilangan keperawanannya. Namun demikian bukan berarti hal ini tidak bisa diatasi. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghilangkan trauma tersebut.
1. Psiko terapi
Jenis psikoterapi yang bisa diterapkan yaitu terapi kognitif, hypnosis dan perilaku. Klien didorong untuk untuk merasa lebih rileks, menggunakan meditasi jika diperlukan. Selain terapi individual juga dapat dilakukan terapi kelompok dan terapi keluarga. Keuntungan terapi kelompok adalah klien bisa berbagi pengalamannya dan mendapatkan dukungan dari klien lain sekelompok yang memiliki pengalaman atau penderitaan yang sama.
Sedangkan pada terapi keluarga, klien akan merasa didukung dan diayomi oleh keluarganya. Keluarga adalah orang terdekat, yang sering berinteraksi bersama, dukungan dari keluarga akan sangat ampuh mengobati trauma korban.
2. Farmakologi
Selain melalui terapi, bisa menggunakan farmakologi atau obat-obatan. Penggunaan obat-obatan juga dinilai mampu meringankan dan menghilangkan trauma yang diderita korban. Akan tetapi tidak bisa terus-terusan menggunakan obat. Karena ketergantungan dengan obat juga tidak baik.
Yang paling penting dari itu semua ialah merubah sikap yang cenderung negatif. Lebih terbuka kepada orang lain dan bergaul dengan lingkungan yang lebih luas. Dengan demikian pemikiran negatif kepada laki-laki karena menganggap laki-laki sama. Karena ternyata tidak semua laki-laki seperti itu.
Setelah Anda dapat menerimanya dengan ikhlas dan menjadikan pengalaman ini sebagai masa lalu, Insya Allah hati dan perasaan akan terbuka untuk pengalaman dan interaksi yang baru. Dan dapat memfokuskan diri untuk meraih masa depan yang lebih cerah. (maz/jun/fn)