RADARRIAUNET.COM - Bupati Rohil H Suyatno, AMP membuka secara resmi Program Pemberdayaan Sumberdaya Aparatur berupa Sosialisasi Produk Hukum Bidang Perikanan Peraturan Pengawasan di Wilayah Perbatasan Tahun 2016.
Terungkap, masih terjadi saling klaim di perairan antara wilayah Indonesia dan Malaysia sehingga menyulitkan nelayan.
Sosialisasi dilakukan Selasa (20/9/2016) dilantai 4 kantor bupati lama dihadiri Danlanal Dumai Letkol Laut (P) Muhammad Risahdi, M.Si. (Han), Danlanal Tanjung Balai Asahan Letkol Laut (P) Teguh Prasetya. S.T.,M.M.
Saat itu juga hadir pihak KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan) Afrizal, Kadiskanlut Provinsi Riau, Tien Mastina, M.Si, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Riau dan Rokan Hilir serta ratusan nelayan Rohil dan perwakilan nelayan Bengkalis.
Dalam sambutannya, Bupati Suyatno menyatakan dari 18 kecamatan, beberapa kecamatan di Rohil masyarakat penghidupannya sebagai nelayan, dengan rincian, Kecamatan Pasir Limau Kapas sekitar empat ribu nelayan, Sinaboi seribu nelayan, Bangko seribu nelayan, ditambah Kecamatan Kubu dan Kubu Babussalam yang berjumlah ribuan juga.
"Totalnya sekitar tujuh ribu kebih dan masih menggantungkan hidup dengan hasil tangkapan ikan," tegas Bupati.
Suyatno mengaku sempat menonton di televisi terjadi pembakaran pukat harimau di Tanjung Balai Asahan, Sumut, maka dia langsung memanggil Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Rohil, M Amin, agar kejadian tersebut tidak terjadi di Rokan Hilir, berkoordinasi dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau agar kejadian serupa tidak terjadi di Rohil.
"Makanya acara hari ini kita gelar, apalagi beredar informasi adanya nelayan luar Rohil yang beroperasi di wilayah Rohil dengan menggunakan pulat harimau," tegas Bupati.
Untuk itulah dinilai penting acara ini sehingga ada solusi yang disampaikan dan nelayan tak lagi mengeluh. "Saya berpesan jangan emosi atau main hakim sendiri jika ada hal yang dinilai melanggar segera laporkan ke penegak hukum." Katanya berpesan.
Ditambah pernah terjadi 19 nelayan asal Pasir Limau Kapas yang ditangkap Police Marine Malaysia, kebetulan nelayan itu membawa GPS pemberian Pemkab Rohil, sehingga didapat informasi dari pihak kedutaan Indonesia di Malaysia, mereka tertolong karena adanya GPS tersebut. "Alat kita memang sudah ada tapi rencana kita lebih ditingkatkan ke alat yang lebih canggih," Jelasnya.
Setelah itu, adanya kekhawatiran nelayan Rohil terhadap semakin merajalelanya pukat harimau di perairan Rohil, yang masuk malam hari.
Rusdy/radarriaunet.com