Obligasi Pemerintah Memperlemah Nilai Tukar Ringgit
Illustrasi Mata uang ringgit. Dok/Reuters/mtvn

Obligasi Pemerintah Memperlemah Nilai Tukar Ringgit

Senin, 24 Agustus 2015|16:01:33 WIB




Kuala Lumpur (RRN) - Analis Standard Chartered memprediksi obligasi pemerintah Malaysia memberikan efek lebih dalam kepada pelemahan nilai tukar ringgit. Meskipun portfolio asing dari pasar modal Malaysia telah lari sebanyak USD3,2 miliar dan berpotensi turun sebanyak USD3,6 miliar hingga akhir tahun.

"Kita berpikir tantangan terbesar dari ringgit adalah keluarnya dana asing dari Malaysian Government Securities (MGS). Kita memprediksi ada outflow sebanyak USD2,5 miliar dari MGS dalam jangka pendek dan berdampak dari lemahnya mata uang ringgit,” kata dia seperti dikutip dari Malaysian Insider, Senin (24/8/2015).

Pemerintah Malaysia melaporkan arus dana masuk mencapai USD5,2 miliar dari November 2014 sampai Juli 2015 dengan kepemilikan dana asing di MGS mencapai USD43 miliar. Investor luar negeri menjadi penjual bersih di MGS di Juli 2015 dan merupakan titik pertama semenjak Februari dengan angka mencapai USD383 juta.  

Kepemilikan asing di BNM juga menurun dari USD12,2 miliar ke USD4,3 miliar dari November ke Juli 2015. Namun dia memperkirakan kepemilikan asing di BNM akan mencapai USD3 juta dalam jangka pendek.

Pelemahan ringgit juga kembali muncul, Standard menjelaskan fundamental ekonomi Malaysia masih sangat rapuh bahkan riset dari Standard mengatakan pertumbuhan ekonomi di 2015 mencapai lima persen.

"Dengan pertumbuhan PDB di semester I yang tumbuh 5,3 persen dengan current account sebesar 3,1 persen PDB, Malaysia mencatatkan paling tinggi dibanding negara lainnya karena itu kami menduga pelemahan ringgit lebih disebabkan oleh sentimen negatif ketimbang persoalan fundamental,” kata dia.

Di sisi lain, UOB mengatakan penjualan ringgit tidak hanya dari kepemilikan saham asing di MGS sbeesar 1,4 miliar ringgit tetapi juga di BNM sebesar 2 miliar ringgit, obligasi pemerintah sebesar 1,6 miliar, obligasi swasta sebesar 200 juta ringgit dan ekuitas sebesar 3 miliar ringgit sehingga kepemilikan asing jadi 22,7 persen di Juli dari akhir 2014 yang mencapai 23,8 persen. UOB juga menuturkan importer untuk melakukan hedging dengan membeli dolar AS untuk mengantisipasi pelemahan mata uang ringgit. (mtvn/n)







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita EKONOMI

MORE

MOST POPULAR ARTICLE