PHE Tahan Produksi Gas Akibat Kesulitan Cari Pembeli
Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja (tengah) bersama Presdir PT Pertamina Hulu Energi R. Gunung Sardjono Hadi (kiri) dan Direktur Pengembangan Bisnis Pertagas Indra Setyawati (kedua kanan). cnn

PHE Tahan Produksi Gas Akibat Kesulitan Cari Pembeli

Jumat, 09 September 2016|08:39:08 WIB




RADARRIAUNET.COM - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) membukukan produksi gas sebesar 728 MMSCFD secara year-to-date (ytd) hingga Semester I 2016. Angka itu lebih kecil dibandingkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2016 sebesar 773 MMSCFD.

Presiden Direktur PHE Gunung Sardjono Hadi menjelaskan, penurunan itu bukan disebabkan karena menurunnya kemampuan produksi lapangan yang dimiliki perusahaan.

Ia menjelaskan, perusahaan menahan produksi karena minimnya penyerapan gas yang berasal dari Wilayah Kerja (WK) Jambi Merang.

Menurut Gunung, perusahaan saat ini tengah melakukan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) terhadap tujuh pelanggan. Namun melihat realisasi 2015, angka penyerapannya tak mencapai volume yang tercantum di dalam perjanjian take or pay.

"Kami melihat itu juga berlangsung di 2015, karena gas di Jambi Merang belum tercapai monetisasinya. Kami mencontohkan, dari tujuh kontrak PJBG itu terdapat kontrak ke PT PLN (Persero), namun penyerapannya ke sana itu berfluktuasi, kadang naik kadang turun" ujar Gunung, Rabu (7/9).

Ia melanjutkan, pengurangan produksi bisa membuat realisasi lifting akhir tahun di bawah target yang ditetapkan. Meskipun, saat ini realisasi lifting secara year-to-date melebihi angka target RKAP.

Sebagai informasi, realisasi lifting secara year-to-date 2016 tercatat 573 MMSCFD. Sementara itu, target lifting gas di dalam RKAP tercatat 564 MMSCFD.

"Produksi gas memang cukup bagus, tapi memang lifting kan didominasi demand atau tingkat penyerapan buyer. Mungkin di akhir tahun akan tidak tercapai," jelasnya.

Revisi Kontrak
Akibat penyerapan yang masih minim, perusahaan saat ini tengah mengajukan amandemen tujuh PJBG tersebut kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Di dalam revisi itu, perusahaan meminta gas dialokasikan kepada PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).

Gunung melanjutkan, ke-tujuh kontrak PJBG tersebut memiliki volume 25 MMSCFD. Jika PJBG diubah, maka Pertamina akan mendapat alokasi 23 MMSCFD dan sisa 2 MMSCFD akan diambil PGN. Aksi ini, terangnya, sudah mendapat lampu hijau dari tujuh pelanggan tersebut.

"Kalau Pertamina sudah dapatkan alokasi, itu nanti bisa dibeli oleh Badan Operasi Bersama (BOB) PT Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu dengan konsep gas alam terkompresi (Compressed Natural Gas/CNG) sehingga monetisasi bisa terkejar sambil menunggu infrastruktur pipa yang dikerjakan oleh PT Pertamina Gas (Pertagas)," lanjutnya.

Selain menanti penyerapan dari WK Jambi Merang, perusahaan juga tengah mencari pelanggan bagi gas dengan volume 25 MMSCFD yang diproduksi di blok Simenggaris.

Untuk itu Gunung mengatakan, kini perusahaan sedang membuat kajian dengan PLN untuk mengubah gas menjadi Liquefied Natural Gas (LNG) yang nantinya menjadi bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).

"Tapi skenario lainnya adalah integrasi dengan WK Nunukan. Kalu ini jalan, kami bisa kembangkan gas sebanyak 90 MMSCFD selama 26 Tahun. Saat ini, blok Simenggaris hanya 30 MMSCFD, dengan gas terkontrak baru 0,5 MMSCFD," jelasnya.

Sebagai informasi, target produksi gas PHE di dalam RKAP tercatat 762,7 MMSCFD sesuai revisi RKAP. Namun, perusahaan memprediksi produksi gas di akhir tahun hanya mencapai 733 MMSCFD.


cnn/fn/radarriaunet.com







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita EKONOMI

MORE

MOST POPULAR ARTICLE