Senin, 22 Agustus 2016|10:54:50 WIB
RADARRIAUNET.COM - Pakar politik LIPI Siti Zuhro berpendapat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bakal merugi jika kembali menduetkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dengan wakilnya saat ini Djarot Saiful Hidayat, pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Kerugian itu muncul karena suara internal partai berpotensi pecah. Saat ini saja, banyak kader PDIP yang menyuarakan penolakan kepada Ahok. Sampai-sampai beredar video di media sosial yang memperlihatkan para petinggi dan kader Dewan Pimpinan Daerah PDIP Jakarta tengah bernyanyi ‘Ahok Pasti Tumbang’.
“Realita empiris dari politisi partainya sendiri yang cenderung tidak mendukung (Ahok) harus didengar. Itu suara akar rumput, tekanan dari bawah. Meski ada pro-kontra soal Ahok, tapi yang tidak mendukungnya (di PDIP) agak besar,” kata Siti di Jakarta, Minggu (21/8).
Ia menilai nyanyian ‘Ahok Pasti Tumbang’ sebagai ekspresi kekecewaan kader kepada Ahok. Siti juga menganggap amat berisiko bagi PDIP jika tetap mengusung Ahok.
Secara kalkulasi politik, ujar Siti, kerugian bila PDIP mengusung Ahok dapat terasa hingga Pemilu 2019.
“Karena bagaimanapun, memilih Ahok kan berpikirnya lima tahun ke depan akan seperti apa. Belum lagi kalau ditinggal di tengah jalan (untuk mencalonkan diri menjadi presiden seperti Jokowi). Jadi belum ada kepastian. Partai butuh kepastian,” ucap Siti.
Daripada mengusung Ahok yang berimbas pada ketidakpastian masa depan partai, Siti berpendapat lebih aman jika PDIP mencalonkan kader sendiri.
Apalagi sebagai partai dengan kursi terbanyak di DPRD DKI Jakarta, PDIP dapat mengusung calon gubernur, bukan cuma wakil gubernur.
Politikus PDIP Masinton Pasaribu berkata, semua nama bakal calon yang saat ini beredar punya peluang sama untuk diusung partainya. Meski demikian, ujarnya, partai hingga kini belum mengeluarkan keputusan.
“Pemimpin itu harus sabar. Jangan mendesak organisasi orang, tidak merasa menang sendiri,” kata Masinton.
Ahok sampai saat ini diusung oleh Partai Golkar, NasDem, dan Hanura. Jika PDIP masuk ke barisan partai politik pendukung Ahok, Golkar menyambut gembira.
“Modal dukungan politik yang kuat tentu membuat efektif pemerintahan DKI Jakarta, akan menjadi baik ke depannya,” ujar Ace.
Hasil survei Manilka Research and Consulting yang dirilis hari ini menunjukkan elektabilitas Ahok cenderung turun menjelang Pilkada Jakarta 2017, hanya 43,6 persen atau turun dari hasil survei Juni sebesar 49,3 persen.
Namun meski mengalami penurunan dalam sebulan terakhir, elektabilitas Ahok belum dapat disusul pesaingnya. Dari banyak nama calon yang beredar, hanya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang mendekati dengan elektabilitas 14,3 persen.
cnn/radarriaunet.com