Senin, 15 Agustus 2016|15:06:41 WIB
RADARRIAUNET.COM - Serangkaian bom meledak di dua kota di Turki tenggara menewaskan sembilan warga sipil dan melukai puluhan lainnya pada Rabu (10/8). Di hari yang sama, empat tentara tewas dan sembilan lainnya terluka dalam serangan di dekat perbatasan Irak.
Sejumlah sumber keamanan menyatakan kepada Reuters bahwa serangan ini diluncurkan oleh Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dengan menargetkan polisi.
Serangan di perbatasan terjadi ketika para gerilyawan melepaskan tembakan dengan roket dan senjata jarak jauh dari seberang perbatasan Irak, ke provinsi Sirnak. Sumber keamanan juga menyalahkan PKK.
Akhir pekan lalu, seorang komandan PKK telah memperingatkan akan terjadi serangan baru, dan menyatakan polisi "tidak akan dapat hidup dengan nyaman seperti dahulu di sejumlah kota."
Turki kerap kali meluncurkan serangan udara terhadap sejumlah target PKK di daerah pegunungan di Irak utara dekat perbatasan Turki-Irak, di daerah yang diyakini menjadi markas PKK.
Gencatan senjata antara Turki dan kelompok pemberontak PKK berakhir tahun lalu. Semenjak itu, terjadi sejumlah serangan besar di wilayah tenggara Turki yang mayoritas penduduknya etnis Kurdi.
Salah satu serangan terburuk yang terjadi menewaskan empat warga sipil ketika sebuah bom pinggir jalan yang meledak di dekat sebuah rumah sakit di kota Kiziltepe di provinsi Mardin, dekat perbatasan Suriah. Serangan itu menargetkan sebuah bus yang membawa polisi. Sekitar 30 warga sipil dan 10 polisi terluka akibat insiden itu.
Di kota terbesar di tenggara Turki, Diyarbakir, lima warga sipil tewas dalam serangan bom mobil yang nampaknya menargetkan polisi. Sebanyak 12 orang terluka dalam serangan itu, termasuk lima polisi.
Seorang komandan PKK, Cemil Bayik, menyatakan "gaya perang baru telah dikembangkan" dalam wawancara yang diterbitkan pada (7/8) Minggu oleh kantor berita Firat, yang dekat dengan kelompok PKK.
"Perang akan dilancarkan saat ini, di mana pun, baik di pegunungan, lembah maupun kota," kata Bayik.
Amerika Serikat mengutuk sejumlah serangan terbaru itu. "Kami berhubungan erat dengan otoritas Turki dan menegaskan kembali komitmen kami untuk bekerja sama dengan Turki dalam menghadapi momok terorisme," bunyi pernyataan dari juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Ned Price.
Turki masih terguncang akibat upaya kudeta yang berhasil digagalkan pada 15 Juli lalu, yang menewaskan lebih dari 240 orang dan melukai 2.200 lainnya.
Lebih dari 60 ribu orang, termasuk sejumlah personel militer dan polisi ditahan, diskors atau diselidiki atas dugaan mendukung kudeta dan berupaya melengserkan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
PKK dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Kelompok ini memulai pemberontakan terhadap pemerintah Turki untuk memperjuangkan otonomi daerah sejak 1984. Lebih dari 40 ribu orang, sebagian besar warga Kurdi, tewas dalam berbagai kekerasan akibat pemberontakan ini.
cnn/fn/radarriaunet.com