Kamis, 20 Agustus 2015|11:54:42 WIB
RADAR BISNIS Para pedagang daging ayam di Bandung Raya, Jawa Barat akan mogok jualan 20-23 Agustus 2015. Rencana ini mengudang tanda tanya, karena berdasarkan data yang ada stok ayam berlimpah namun harga bertahan tinggi.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan ada 2 penyebab kenapa harga ayam mahal. Pertama, ada permainan di pedagang atau di produsen.
"Sebab hasil investigasi kami dari bibit sampai jadi ayam siap potong selama 35-40 hari. Biaya yang dikeluarkan dikalkulasi Rp 17.000/ekor. Harga bibit atau day old chicken (DOC) kisaran Rp 5.000-6.000/ekor. Artinya, sampai ke pedagang pasar dijual di angka Rp 30.000/kg harusnya sudah untung. Kok harga saat ini sampai Rp 40.000/kg," tanya Mansuri kepadaawak media , Selasa (18/8/2015)
Kedua, soal stok daging ayam yang cukup. Data di para peternak menunjukkan per minggu surplus jutaan ekor ayam.
"Kemarin malam saya ketemu beberapa perwakilan pedagang. Bogor menyampaikan sempat minta ijin mogok dan akhirnya terjadi. Ada beberapa yang memang inisiatif per pasar. Kami harap tidak ada pemaksaan untuk tidak berjualan," katanya.
Ia mengatakan bila harga daging ayam naik karena kelangkaan pasokan, sangat tak masuk akal di tengah data surplus.
"Ayam pun kita tengok ke pasar, ukuran yang besar-besar masih bisa ditemukan. Artinya, tidak ada pemotongan ayam lebih dini, jadi terbantahkan kelangkaan pasokan," katanya.
"Perlu ditelusuri, ada apa ini. Apakah akan hidup lagi wacana pemerintah membatasi DOC atau bibit ayam," katanya.
Menurutnya para pedagang boleh saja bereaksi terhadap kenaikan harga ayam yang sudah mencapai Rp 40.000/Kg. Namun sebaiknya rekan-rekannya tetap berdagang, tanpa harus mogok jualan.
"Kami meminta maaf kepada masyarakat yang sulit menemukan pedagang ayam di pasar. Kami berupa agar para pedagang ayan tetap berdagang sebisanya," katanya.
(hen/rrd)