RADARRIAUNET.COM - Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan anggota kepolisian harus mempersiapkan diri mengamankan proses pemakaman teroris Santoso yang tewas ditembak awal pekan ini.
Menurut Tito pihaknya harus menjaga agar tak ada kejadian luar biasa saat proses pemakaman dilakukan. "Prinsipnya saat pemakaman jangan sampai menimbulkan kehaduhan dan aksi heroik," kata Tito saat ditemui di Mabes Polri, Jumat (22/7).
Tito menjelaskan tes DNA yang dilakukan oleh Tim DVI Mabes Polri dan Pusdokkes Polda Sulawesi Tengah sudah membuktikan bahwa teroris yang ditembak mati di Poso memang Santoso.
Dengan begitu kemungkinan serangan balasan dari sisa kelompok tersebut harus diantisipasi.
Pertimbangan Tito tersebut cukup beralasan lantaran dua tangan kanan Santoso, Ali Kalora dan Basri masih berkeliaran dan berpeluang menggantikan posisi Santoso sebagai pimpinan kelompok.
"Kami melihat ada potensi kerawanan karena masih ada Basri dan Ali Kalora," ujar dia.
Oleh sebab itu, untuk proses penyerahan jenazah Santoso ke pihak keluarga, Tito memerintahkan Kapolda Sulteng beserta jajarannya untuk tetap waspada terhadap segala kemungkinan teror lanjutan.
Abu Wardah alias Santoso, pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur tewas di Pegunungan Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah setelah ditembak personel Satgas Operasi Tinombala di bagian perut dan punggung.
"Ada dua bagian tembakan, di bagian perut dan punggung," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, saat dikonfirmasi terkait penyebab kematian Santoso di kantornya, Jakarta pada Rabu (20/7).
Sementara untuk satu jenazah yang berdasarkan hasil identifikasi adalah Muktar alias Kahar. Boy mengatakan Muktar tewas setelah ditembak oleh personel Satgas Tinombala di bagian kepala.
cnn/radarriaunet.com