Selasa, 19 Juli 2016|10:15:29 WIB
RADARRIAUNET.COM - Kanker merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Selain mematikan, pakar juga menyebut kanker sebagai penyakit yang kompleks.
Ditemui usai sidang promosi doktoralnya, dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk, dari RS Kanker Dharmais mengatakan sekitar 25 persen pasien kanker mengalami resistensi terapi. Resistensi terapi terjadi pada seluruh modalitas pengobatan, mulai dari bedah tumor, radiasi, kemoterapi hingga terapi hormonal.
"25 Persen itu bukan hanya pasien kanker stadium lanjut, tetapi juga stadium awal. Makanya kenapa kanker dibilang penyakit yang sangat kompleks karena jangankan berbeda jenis kanker, sama-sama pasien kanker payudara saja bisa berbeda penyebab, terapi dan pengobatannya," tutur dr. Sonar kepada awak media di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya, Jakarta Pusat, Jumat (15/7/2016).
Dijelaskan dr. Sonar, kompleksnya penyakit kanker membuat angka harapan hidup pasien dan angka kekambuhan penyakit menjadi beragam meskipun menjalani terapi yang sama. Hal inilah yang membuat kanker masih menjadi momok di dunia.
Berbeda dengan penyakit tidak menular lainnya di mana rata-rata penyebab sakit sudah diketahui dengan jelas dan pengobatannya memiliki modalitas standar yang pasti. Pada pasien kanker, risiko resistensi masih ada meskipun dokter sudah melakukan pengobatan sesuai standar.
"Jadi misalnya ada pasien kanker payudara, satu diberi terapi hormonal bagus hasil. Tapi satu lagi nggak berhasil. Ini yang harus kita cari tahu, apa penyebabnya kok bisa ada yang bagus ada yang tidak," tandasnya lagi.
Apalagi menurut dr. Sonar, sekitar 75 persen pasien kanker datang berobat ketika sudah stadium lanjut. Padahal jika pasien datang di stadium awal, tingkat kesembuhan dan angka harapan hidup pasien bisa sangat baik.
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2008, kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia dengan 18,4 persen dan diikuti oleh kanker leher rahim 10,3 persen di peringkat kedua. Maka dari itu, dr. Sonar menekankan pentingnya deteksi dini.
"Pencegahannya ya deteksi dini, nggak ada yang lain. Kalau kanker serviks kan bisa papsmear dan payudara bisa SADARI. Semakin sering dilakukan deteksi dini, kanker semakin awal ditemukan dan peluang sembuh lebih baik," tutur dokter yang pernah menjabat sebagai Direktur RS Kanker Dharmais ini.
dtc/fn/radarriaunet.com