Selasa, 12 Juli 2016|11:17:00 WIB
RADARRIAUNET.COM - Warga dari Pulau Merbau dan Pulau Padang Merbau mulai enggan melintasi jalan di Desa Mekong Kecamatan Tebingtinggi Barat, Kepulauan Meranti, Riau, yang rusak parah. Warga rela menempuh perjalanan yang sedikit lebih lama (menuju ke Selatpanjang, red) demi mendapatkan akses jalan yang lebih bagus. Hal itu diakui beberapa warga Desa Mekong ketika berbincang-bincang dengan awak media.
Menurut masyarakat Mekong, akibat jalan semenisasi tahun 2012 lalu sudah rusak parah, warga yang semula melewati kini mulai enggan. Warga dari Pulau Merbau dan Pulau Padang rela berbelok arah menuju Desa Batangmalas, kemudian baru menuju ke Selatpanjang.
"Orang-orang ke Selatpanjang tak lagi lewat Jalan rusak ini. Mereka berbelok ke arah Batangmalas karena jalan di sana bagus," kata Adi warga Desa Mekong, Jumat (8/7/2016).
Dapat dijelaskan, dari penyeberangan kempang Semukut-Mekong arah ke Selat Panjang melintasi Desa Mekong dan Desa Alai. Namun, saat memasuki Dusun Peleper, dekat kantor UED-SP Desa Mekong, ada simpang tiga dimana arah ke kanan menuju Desa Batangmalas. Karena jalan rusak, saat ini warga lebih senang belok ke kanan daripada lurus melintasi Dusun Air Merah Desa Mekong.
Padahal, untuk menuju ke Batangmalas kemudian melanjutkan perjalanan ke Alai Selatan lalu ke Selatpanjang Kota menempuh perjalanan yang sedikit lebih jauh.
Namun, jalan dari Batangmalas ke Pelimau Alai Selatan itu, jalannya sudah bagus lantaran baru selesai dihotmix.
Sementara di Desa Mekong, sebenarnya jalan rusak tidak begitu panjang. Namun, karena kondisinya sangat berbahaya untuk keselamatan pengguna jalan, warga lebih memilih jarak tempuh yang jauh daripada menanggung resiko.
Jalan rusak di Desa Mekong lebih kurang sepanjang 2 KM. Sebagian jalan itu dibangun melalui dana aspirasi Zufan Heri, anggota DPRD Riau periode 2009 - 2014, menggunakan anggaran tahun 2012. Belum lama selesai dibangun, sekitar 3 hingga 4 bulan, jalan semenisasi itu sudah rusak parah.
Menurut penuturan warga setempat, saat pengecoran jalan itu, pekerja dengan sengaja menggunakan sedikit semen, saat diaduk antara pasir, batu, air dan semen, di molen. Selain itu, usai pembangunan, jalan itu juga tidak disiram ter (minyak hitam, bahasa setempat, red) yang seyogyanya harus dilakukan.
Alhasil, jalan tersebut hanya bertahan sekitar 3 atau 4 bulan saja. Sejak 2012 hingga saat ini, jalan di Desa Mekong yang rusak parah menyisakan batu-batu runcing siap memangsa pengguna jalan yang naas.
Jalan ini rencananya akan dihotmix pada tahun 2016 ini. Namun, karena keuangan daerah sedang tidak stabil, hingga bulan Juli pembangunan jalan yang sangat diharapkan warga belum juga terlaksana.
gor/fn/radarriaunet.com