RADARRIAUNET.COM - Pelaku serangan klub gay di Orlando, Omar Mateen, yang menewaskan 50 orang, sudah berada di bawah radar pihak berwenang Amerika Serikat.
Asisten Agen Khusus FBI, Ronald Hopper, mengatakan pada Minggu sore (12/6) bahwa pihaknya sudah mengenal Mateen. FBI pernah mewawancarainya dua kali, pada 2013 dan 2014 setelah ia mengekspresikan simpati kepada seorang pelaku pengeboman.
"Wawancara itu ternyata tidak mengarah kepada kesimpulan apa pun, jadi tidak ada yang bisa membuat investigasi terus dilakukan," ujar Hopper, seperti dikutip dari CNN.
Maka ketika Mateen mendatangi klub Pulse pada Minggu sekitar pukul 02.00 dan mulai melepas tembakan, ia tidak sedang di bawah penyelidikan dan tidak diawasi.
Dalam dua pekan terakhir, Mateen juga secara legal bisa membeli pistol Glock dan senapan laras panjang. Namun belum diketahui apakah senjata-senjata yang dibelinya itu yang digunakan dalam serangan yang menewaskan 50 orang dan melukai 53 lainnya tersebut.
"Ia bukan orang terlarang. Mereka bisa secara legal masuk ke diler senjata dan mendapat dan membeli senjata api. Itu yang ia lakukan. Dan itu ia lakukan sekitar sepekan atau sekitarnya," kata Asisten Agen Khusus ATF, Trevor Velinor.
Mateen berasal dari Fort Fierce, Florida. Ia merupakan warga keturunan Afghanistan kelahiran AS. Ia dilaporkan lahir di New York pada 1986, tapi kini tinggal di Fort Pierce, sekitar 120 kilometer di selatan Orlando.
Usai penembakan di Pulse, polisi mengevakuasi 200 orang dari apartemen di mana ia tinggal karena khawatir soal bahan peledak.
Mateen juga disebut menikah pada 2009 dengan seorang perempuan dari Uzbekistan, namun pernikahan itu berakhir pada 2011. Ia bekerja sejak 2007 sebagai petugas sekuriti di G4S Secure Solutions, salah satu perusahaan sekuriti swasta terbesar di dunia.
Orangtua Mateen mengatakan bahwa anak mereka pernah mengekspresikan kemarahan setelah melihat dua pria berciuman di Miami. Namun mereka tidak menganggap ia orang yang religius dan tidak mengetahui ia memiliki hubungan dengan ISIS.
Pihak berwenang mengatakan bahwa Mateen telah berbaiat kepada ISIS dan ISIS lewat kantor beritanya, Amaq, mengklaim bahwa serangan di Pulse dilakukan oleh anggotanya.
Mateen akhirnya tewas oleh polisi sekitar tiga jam, setelah polisi menyerbu bangunan dengan kendaraan bersenjata dan granat kejut.
cnn/radarriaunet.com