RADARRIAUNET.COM - PT Pertamina (Persero) mengaku sudah mulai mengantongi keuntungan dari bisnis elpiji sejak merilis produk Bright Gas, elpiji kemasan 5,5 kilogram (kg) non-subsidi pemerintah sejak Oktober 2015 lalu. Untuk bisa memperbesar keuntungan tersebut, Pertamina menargetkan untuk menjual 200 ribu tabung Bright Gas yang sampai saat ini baru terjual 100 ribu tabung.
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina menjelaskan sebelumnya perusahaan selalu merugi Rp4 triliun per tahun dari bisnis elpiji untuk keperluan masyarakat. Penyebab utamanya tak lain karena menjual elpiji ukuran 12 kg dibawah harga keekonomian.
“Tetapi kami mulai mencatat laba sejak September 2015, seiring penyesuaian harga yang dilakukan bertahap hingga sesuai keekonomian sejak tahun lalu. Namun penyesuian harga elpiji 12 kg juga berdampak pada beralihnya sebagian konsumen ke elpiji 3 kg karena selisih antara keduanya hampir Rp7 ribu per kg,” kata Wianda, Jumat (13/5).
Ia menambahkan, jika pada Januari 2014 silam penjualan elpiji ukuran 12 kg masih mencapai 76 ton per bulan, pada April 2015 angkanya turun menjadi 46 ton per bulan dan tinggal 42 ton per bulan pada Desember 2015.
Atas dasar itulah, Pertamina merilis Bright Gas untuk mengisi selisih harga yang terlalu jauh antara gas kemasan 3 kg dengan 12 kg.
“Dengan begitu, kami masuk di tengah-tengah agar konsumen 12 kg itu tidak langsung ke 3 kg, tetapi ada produk penyangga. Kami melihat ada 53 persen pengguna elpiji swing user, yang sebenarnya masih menggunakan tabung 12 kg tetapi sesekali beli 3 kg. Ini yang kami incar,” ungkap dia.
Hari Purnomo, Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan ikut mendorong penjualan elpiji Pertamina. Pasalnya kebutuhan energi masyarakat seiring waktu akan terus tumbuh, makin lama pemakaiannya makin tinggi.
“Pasarnya terus meningkat. Sama saja seperti bahan makanan bahan pokok setiap tahun meningkat," kata Hari.
alex harefa/cnn/ dewi