Cerita Bos Steller Soal Instagram dan Indonesia
Foto: CNN/Susetyo Dwi Prihadi

Cerita Bos Steller Soal Instagram dan Indonesia

Kamis, 12 Mei 2016|20:11:54 WIB




RADARRIAUNET.COM - Media sosial Steller yang berasal dari San Francisco sedang mengalami lonjakan pengguna di Indonesia. Hal ini disadari mereka, begitu juga soal kompetisi dengan Instagram yang sudah lebih dulu dikenal netizen Indonesia.
 
Instagram sendiri adalah platform berbagi konten foto dan video yang berhasil menggaet ratusan juta pengguna global. Lalu hadirlah Steller yang menyuguhkan layanan seperti buku cerita digital.
 
Dari tampilan antarmuka (user interface/UI) Steller menampilkan beberapa kolom seperti Home, Explore, Notifications, Profile, dan opsi untuk membuat postingan baru. Mirip seperti Instagram.
 
Bedanya, Steller berformat slide seperti buku yang memuat konten teks, gambar, hingga video.
 
"Steller hadir sebagai pelengkap dari berbagai aplikasi yang sudah ada, salah satunya Instagram," kata Vice President of Marketing Steller Peter Denton kepada CNN Indonesia.
 
Ia melanjutkan, "di Instagram kalian hanya bisa berbagi satu foto atau video dan orang-orang ingin tahu lebih lanjut tentang kisah di balik foto tersebut atau hal-hal yang berkaitan dengan publikasi di Instagram tersebut."
 
Denton pun memberi contoh satu publikasi dari akun bernama Hafiizh di Steller yang berjudul "#StoryOnFood H Gourmet & Blogger behind the scene". 
 
Di sana, Hafiizh bercerita pengalamannya saat mengunjungi restoran H Gourmet yang terletak di Jakarta Selatan.
 
Hafiizh melengkapi 'buku digitalnya' itu dengan berbagai foto dan tulisan deskripsi, seperti kesan saat ia mencoba menu Fresh Prince Salads.
 
"Kami percaya semua orang memiliki kisah untuk diceritakan. Steller adalah wadah yang tepat," Denton.
 
"(Melalui Steller) Anda bisa berbagi lebih jauh lagi dari sekadar sebuah foto saja. Selain itu, pengguna Steller juga bisa sharing publikasinya di jejaring sosial lain agar orang lain bisa melihatnya," terang Denton.
 
Bagi Denton, Steller adalah wadah untuk "berkisah secara utuh".
 
Diketahui aplikasi Steller dikembangkan oleh perusahaan teknologi Mombo Labs yang berbasis di San Francisco, California, Amerika Serikat. Sementara pendiri Steller adalah kakak-beradik Brian McAniff dan Karen Poole. 
 
Tim teknisi yang bekerja di balik pengembangan Steller terdiri dari mantan karyawan Google Mark Lucovsky, mantan karyawan Vmware Vadim Spivak, dan veteran Microsoft Richard McAniff.
 
Diluncurkan pada Maret 2014, Steller sempat dalam versi beta untuk beberapa bulan. Setelah sudah sempurna, aplikasi ini pertama kali dirilis melalui Apple App Store untuk wilayah Amerika Utara, Eropa, Australia, dan Selandia Baru.
 
Agresif melakukan ekspansi dan inovasi
 
Nama Steller bisa dikatakan unik. Apalagi melihat fungsinya untuk bercerita. Denton mengakui, nama Steller sendiri adalah kependekan dari "Storyteller" yang artinya pendongeng.
 
"Kami percaya semua orang memiliki kisah untuk diceritakan. Steller adalah wadah yang tepat," ujarnya.
 
Denton pun bercerita, tim Steller sejak awal memang membuat aplikasi yang memungkinkan orang bisa menciptakan kisah secara visual nan cantik secara singkat, yakni caranya langsung dari ponsel pintar yang selalu ada di genggaman.
 
Menurutnya, belum ada aplikasi yang mampu menyatukan foto, video, dan tulisan menjadi sebuah cerita yang siap disajikan untuk orang lain.
 
Lebih lanjut, Steller yang kini sudah bisa dinikmati untuk platform Android ini masih terpaku pada tampilan gambar yang formatnya portrait.
 
Jika pengguna ingin memasukan foto format landscape, maka harus disesuaikan dengan ukuran 'kanvas' Steller yang memang bentuknya memanjang ke bawah.
 
Denton mengaku, Steller sedang dalam proses mengembangkan layout baru, termasuk format landscape.
 
"Kami sedang mengerjakan beberapa layout menarik yang nantinya memungkinkan foto landscape bisa dipajang," kata Denton.
 
Sudah dua tahun hadir untuk para netizen global, Steller yang enggan membeberkan jumlah penggunanya ini memastikan bahwa "ada jutaan user Steller di seluruh dunia".
 
 
Bagaimana dengan Indonesia? 
 
"Indonesia adalah negara pertama sebagai target peluncuran kami di Asia. Adopsi di Indonesia sangat besar, sampai masuk ke tiga besar pasar utama kami setelah Amerika Serikat dan Inggris," tutur Denton.
 
Selebihnya, Steller diakuinya memiliki pengguna aktif di belantara Eropa, Australia, dan Brasil. Selain itu, layanan Steller akan merambah ke Jepang dan China di tahun ini.
 
 
 
alex/cnn/RRN
 






Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita TEKNOLOGI

MORE

MOST POPULAR ARTICLE