RADARRIAUNET.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai PT Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo) bakal mengalami kesulitan dalam menjalankan mandatnya sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyalurkan asuransi usaha tani yang dipatok seluas 1 juta hektar pada tahun ini.
Direktur Pengawasan Asuransi dan BPJS Kesehatan OJK I Wayan Wijana mengatakan hal tersebut didasari oleh wilayah cakupan bisnis Jasindo yang luas dan dilakukan secara tunggal tanpa adanya rekanan dengan perusahaan asuransi lain.
Ditambah lagi, menurutnya usaha tani termasuk salah satu jenis usaha yang memiliki risiko cukup tinggi terlebih ketika memasuki musim panen secara bersamaan.
"Cuma sekarang asuransi itu masalahnya hukum bilangan besar, kalau Jasindo hanya wilayahnya sedikit ini bakal berdarah-berdarah. Karena bisa saja daerah yang sedikit ini ternyata daerah yang memang rawan, risikonya besar," ujar Wijana kepada awak media, Selasa (3/5).
Sebagai informasi, program asuransi yang didorong pemerintah, melalui Kementerian Pertanian dan OJK itu mulai dijalankan di 16 provinsi dan 17 kabupaten dimana Jasindo ditunjuk sebagai satu-satunya perusahaan penyalur.
Dengan harga premi Rp180.000 per hektar, yakni 80 persen disubsidi pemerintah dan sisanya senilai Rp36.000 ditanggung petani, produk asuransi khusus itu memberikan pertanggungan senilai Rp6 juta per hektar.
OJK juga menyoroti sosialisasi produk yang masih belum sesuai harapan. Dengan kendala tersebut, ujarnya, pemasaran produk itu pun belum bisa dilaksanakan di seluruh wilayah yang dicanangkan.
"Kita juga harus melibatkan Bintara Pembina Desa (Babinsa) untuk sosialisasi pentingnya asuransi bagi petani," ungkapnya.
Namun di samping risiko negatif tersebut, jika program asuransi tani terseut berhasil dijalankan, maka hal itu bisa membawa berkah bagi usaha Jasindo untuk lebih stabil dan berkelanjutan. Wijana mengatakan sejauh ini belum ada bahasan antar pemerintah guna mencari perusahaan asuransi lain untuk terlibat dalam penyaluran asuransi usaha tani.
"Selama ini yang ditunjuk pemerintah masih Jasindo," jelasnya.
lex/cnn/dw