Investasi Properti, Pilih Semarang atau Yogyakarta?
FOTO: kompas.com

Investasi Properti, Pilih Semarang atau Yogyakarta?

Rabu, 04 November 2015|13:21:03 WIB




JAKARTA (RRN)  - "Keduanya sama-sama bagus. Secara umum cukup maju dan berkembang," kata CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, mengemukakan pendapatnya tentang potensi Yogyakarta dan Semarang kepada awak media , Minggu (1/11/2015).


Semarang, lanjut Hendra punya potensi menjadi alternatif bagi Jakarta untuk sub-sektor kawasan industri. Di ibu kota Jawa Tengah ini kini tengah dirintis Kawasan Industri Kendal lengkap dengan hunian dan sarana komersialnya atau setaraf kota mandiri.

Kota mandiri Kawasan Industri Kendal tersebut merupakan kolaborasi strategis antara PT Jababeka Tbk, dengan raksasa investasi Singapura, Temasek Holdings.

Temasek masuk melalui Sembawang Corporation, sementara Jababeka melalui PT Graha Buana Cikarang. Baik PT Graha Buana Cikarang maupun Sembawang Corporation menyertakan modal sebesar masing-masing 51 persen dan 49 persen dari total Rp 1,2 triliun yang disetor melalui PT Kawasan Industri Kendal.

Pengembangan kota mandiri seluas 2.000 hektar ini, akan menduplikasi kota mandiri Jababeka City. Di dalamnya mencakup lahan industri sebanyak 10 zona, masing-masing memiliki luas 200 hektar, 15.000 hunian yang dilengkapi properti komersial, pusat bisnis dan fasilitas penunjang.

Sementara Yogyakarta punya potensi besar menjadi pasar bagi proyek-proyek apartemen khusus mahasiswa dan bisnis perhotelan. Terbukti beberapa pengembang berlomba membangun apartemen yang berdekatan dengan kampus-kampus perguruan tinggi. Sebut saja PT Adhi Persada Properti (APP), Sahid Group, dan PT HK Realtindo.


Kedua kota ini, dalam catatan awak media , kian diincar para pengembang Nasional baik pelat merah maupun swasta. Meskipun karakter pasarnya berbeda, namun sama-sama punya ceruk beragam yang bisa disasar pengembang.


Direktur Operasional PT PP Properti Tbk Galih Saksono menjelaskan, pasar Semarang sangat dinamis dalam beberapa tahun terakhir terutama untul level kelas menengah. Ada banyak pengembangan apartemen,HOTEL , dan komersial.

"Karena itulah perseroan melansir Amartha View seharga Rp 200 juta hingga Rp 500 juta per unit," ujar Galih.

Dinamisnya pasar Semarang, tambah Galih, ditandai dengan terserapnya Amartha View sebanyak 200 unit dari total 789 unit tahap perdana yang dipasarkan. Proyek dengan nilai investasi Rp 350 miliar ini dirancang sebanyak 1.589 unit dalam dua menara di atas lahan seluas 8 hektar.

Galih menjelaskan, orang-orang Semarang sudah mulai mempertimbangkan mengalihkan investasinya ke sektor properti, terutama apartemen. Sebelumnya, mereka lebih suka menanamkan dana dalam bentuk deposito, tabungan, atau emas.

Seiring waktu berjalan, pasar Semarang dipenuhi anak-anak muda usia produktif. Mereka yang bersekolah di luar kota atau luar negeri kembali ke tanah kelahirannya untuk berbisnis dan membuka usaha. Tentu, dari aktivitas ini, mereka membutuhkan properti, terutama hunian. (kps/fn)







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita EKONOMI

MORE

MOST POPULAR ARTICLE