Selasa, 03 November 2015|13:55:17 WIB
RADAR TIONGHOA - Anak muda sebaiknya bisa tetap mengingat sejarah dan tidak melupakan faktaKerusuhan Mei 1998. Harapan agar anak muda tidak melupakan peristiwa Mei 1998 juga untuk menghargai para aktivis reformasi yang hilang dan hingga kini belum diketahui keberadaannya. .
Faktanya ada banyak hal yang aneh dalam catatan dan sosialisasi sejarah di Indonesia. Kerusuhan Mei 1998 dianggap terlalu sensitif oleh banyak pihak, ini diperkuat dengan fakta bahwa peristiwa ini tidak masuk dalam kurikulum pelajaran sejarah di Indonesia. Banyak fakta dan peristiwa yang coba ditutupi, agar para penerus bangsa perlahan melupakan sejarah bangsa ini. Kita tidak bisa menutup mata, pihak-pihak yang terlibat pada peristiwa Mei 1998 yang saat ini sedang menjadi elite-elite politik di Indonesia.
Pengetahuan masyarakat tentang peristiwa di masa lalu akan berpengaruh pada situasi sosial politik di Indonesia. Karena itu, anak-anak muda perlu di ingatkan soal Tragedi Mei’98. Apalagi sebagai pemilih pemula, kaum muda cenderung mudah dipengaruhi untuk memilih partai politik dan pimpinan parpol tertentu. Padahal mungkin elite-elite tersebut adalah pelaku dengan rekam jejak negatif pada peristiwa tersebut.
Masyarakat kita terus didorong melupakan fakta sejarah yang terjadi.Bagaimana mungkin pihak-pihak yang dulu memusuhi dan mengendalikan pasukan penembak mahasiswa dengan peluru tajam, justru berada di urutan terdepan di pentas politik praktis kita. Banyak hal yang perlu dibenahi dari keadaan ini, para pemilih pemula khususnya, harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang rekam jejak para politisi yang akan maju pada pentas pemilihan presiden di tahun 2014. Jangan sampai, mereka yang dulu menolak reformasi justru mendapat kesempatan untuk memimpin bangsa ini.
Secara historis demokrasi yang saat ini dinikmati Indonesia adalah hasil perjuangan bersama gerakan mahasiswa, intelektual dan kaum perempuan. Tapi fakta sejarah di balik peristiwa tersebut coba dikaburkan. Kaum muda perlu tahu, bagaimana situasi otoriter yang dirasakan oleh rakyat pada saat rezim orde baru agar situasi tersebut tidak terulang. (infotionghoa/fn)