Kamis, 08 Oktober 2015|14:39:56 WIB
BIRA (RRN) - Terik musim kemarau tahun ini sangat menyengat, panas matahari hanya dihalangi beberapa gumpalan kecil awan yang tampak di langit Tana Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan, Kamis (1/10/2015). Namun para pembuat perahu phinisi di kawasan ini tampak santai melakukan tugasnya memenuhi pesanan yang menumpuk.
Bimbo, 18, anak pengusaha phinisi di kampung ini, adalah salah satu yang bekerja keras siang itu. Dia ditemani tiga orang sesama tukang kayu terus memberikan sentuhan demi sentuhan agar phinisi pesanan pengusaha pariwisata di Labuan Bajo selesai tepat waktu.
”Kira-kira selesai satu bulan lagi. Phinisi ini termasuk berukuran sedang dengan harga kira-kira Rp 1 miliar. Katanya untuk perahu wisata di Lombok,” kata Bimbo kepada KompasTravel yang sedang berkunjung ke Bulukumba bersama rombongan Datsun Risers Expedition 2015.
Bimbo adalah contoh kecil orang-orang terampil yang lahir di tanah yang penuh sejarah. Di sinilah tempat satu-satunya di dunia yang masih produktif menghasilkan phinisi secara handmade, dan menjadi konsumsi internasional. Tak hanya perajin perahu, di tanah inilah para pelaut ulung lahir dengan moda transportasi khas Bugis Makassar yang disebut phinisi.
Tradisi membuat perahu dan mencetak pelaut andal itu bertahan selama lima abad hingga sekarang. Orang-orang Desa Ara, Bantobahari, Tana Beru, seperti Bimbo, akan terus melestarikan phinisi seperti pesan para nenek moyang mereka.
Bimbo memastikan bahwa perahu-perahu yang mereka buat tak perlu diragukan kualitasnya. Ilmu turun-temurun benar-benar menancap di kepala. Bahkan, para perajin perahu ini berani menjamin tingkat keseimbangan meski membuatnya tanpa catatan, tanpa teori, desain grafis, bahkan perhitungan matematis. Semua mengalir begitu saja.
”Satu perahu dibuat oleh empat orang yang digaji total Rp 75 juta. Tidak ada tes kebocoran, karena semua perahu kayu pasti bocor. Nanti akan menutup dengan sendirinya kalau sudah kena air laut,” kata Bimbo.
Seiring dengan perkembangan zaman, para pemesan phinisi menginginkan perahunya dibekali mesin pendorong, tak hanya mengandalkan angin untuk bergerak. Bimbo mengatakan bahwa rata-rata menggunakan mesin truk yang sudah dimodifikasi, harganya bisa mencapai Rp 100 juta per mesin.
Ritual
Karena phinisi adalah tradisi yang sarat makna, hampir semua tahapan dilakukan dengan terlebih dahulu diadakan ritual khusus. Bahkan jika dibeberkan satu per satu, semua bagian dari kapal sarat makna yang bisa dihubungkan dengan ritual.
Misalnya ritual penebangan kayu besi yang dibuat sebagai bahan, mencari hari, hingga acara pemotongan kayu. Lalu, saat peluncuran, diawali dengan upacara appasili atau tolak bala.
Puncak acara ritual adalah ammossi, yakni penetapan dan pemberian pusat pada pertengahan lunas perahu yang selanjutnya akan dilakukan penarikan perahu ke laut. (kps/fn)