Ahad, 21 Juni 2015|00:52:39 WIB
Kejadian 18:1-15
Dalam pasal 18 kita telah mempelajari bahwa Allah dan malaikat-malaikat-Nya dapat mengambil bentuk manusia dan tidak dapat dikenali. Mereka mengetahui pikiran-pikiran rahasia kita. Mereka dapat makan untuk membuktikan kenyataan dari keberadaan dan persabatan mereka.
Hal yang sama ini juga disaksikan oleh pengikut Tuhan Yesus pasca kematian-Nya, dalam suatu ketika mereka dalam perjalanan menuju sebuah kampung bernama Emaus yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem mereka bertemu Tuhan Yesus di jalan, dari kisah nyata dalam pengalaman mereka bertemu Tuhan di jalan, merekapun menceritakannya kepada para murid Tuhan apa yang terjadi ditengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan disini? "Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. (Lukas 24:13; 35-43).
Beberapa penafsir mengatakan bahwa tiga tamu itu adalah tiga pribadi dari Trinitas. Tetapi perbedaan antara Tuhan dengan dua "orang" (malaikat) yang bersama dengan-Nya adalah jelas dalam Kejadian 18:13, 22 dan 19:1.
Penampakan baru Allah dalam pasal 18 mempunyai tujuan ganda: 1) untuk membangun iman Sarah, dan 2) untuk memberitahukan penghancuran Sodom dan Gomora. Dalam hal ini mengajarkan bagaimana iman itu disempurnakan.
Abraham, dengan keramahan khas orang timur, menyambut tiga tamunya. Ibrani 13:2 mungkin mengacu pada keramahannya pada saat menyambut dan menerima tamu asing. Abraham, Sarah istrinya serta hamba-hambanya segera mempersiapkan makanan khusus. (setelah penyataan ini tidak akan ada lagi pertanyaan seperti sebelumnya, apakah janji yang diterima adalah nyata atau hanya khayalan Abraham sendiri).
Sebagai tanda hormat, Abraham berdiri pada saat ketiga tamunya menyantap makanan yang dihidangkan oleh istri Abraham dan hamba-hambanya. Sementara itu Di belakangnya, Sarah mendengarkan percakapan Abraham dengan ketiga tamunya dari dalam tenda mereka tinggal.
Sampai titik ini kita tidak pernah tahu bahwa Allah menyatakan diri pada Sarah. Beberapa tahun sebelumnya, Sarah telah kehilangan keyakinan bahwa dirinya akan menjadi ibu dari anak perjanjian (Ishak). Sepertinya sarah memerlukan penyataan pribadi dari Allah untuk memulihkan imannya dan serta mempersiapkan dirinya untuk keterlibatannya dalam rencana Allah.
Pada saat Abraham menceritakan penyataan Allah ini, ia menolak untuk percaya janji itu bahwa ia akan segera menjadi seorang ibu. Betapa terkejutnya Sarah pada saat dia mendengar salah satu dari tamu Abraham bertanya, "Dimana Sarah istrimu?". (Kejadian 18:9). Bagaimana tamu asing itu tahu namanya? Dia menggunakan nama baru yang Abraham telah terima dari Allah untuknya! Bagaimana ia tahu tentang semua itu? Ini mengingatkan kita pada perkataan Allah pada Adam, "Dimanakah engkau?". (Kejadian 3:9). Dan Hagar, "Kemanakah kamu akan pergi?" (Kej.16:8). Allah akan menjumpai kita dimana kita berada dan menyingkapkan keadaan kita sehingga Dia dapat memenuhi segenap kebutuhan kita.
Sarah istri Abraham tertawa menertawai dirinya sendiri pada saat dia mendengar dirinya akan mempunyai anak, dia tahu, secara fisik bahwa sudah tidak mungkin baginya untuk mempunyai anak. Oleh sebab itu ia tertawa dalam ketidakpercayaan.
Allah mengejutkan Sarah dan membuatnya terheran-heran dengan pengetahuan Allah tentang pikiran Sarah. Selain itu Allah kembali mengatakan pada Sarah apa yang sudah dikatakan-Nya pada Abraham. Kemahatahuan ini adalah tanda bagi Sarah bahwa dirinya akan segera mengalami mujizat pembaharuan fisik dan pemulihan dari kemandulan yang dialaminya selama ini.
Allah telah menyatakan diri-Nya pada Abraham sebagai El Shaddai dalam bahasa Ibrani, yang berarti Allah yang maha kuasa. Saat ini Dia bertanya pada Sarah, "apakah ada yang terlalu sulit bagi Allah?" (Kej. 18:14).
Dalam penyataan Allah kepada Abraham dan Sarah ini mengajarkan kita tentang bagaimana seharusnya kita merendahkan diri di dalam maksud dan rencana Allah kepada kita yang membawa kita berpikir secara rasionalitas (sehat) dan bukan seperti yang ditunjukkan oleh Sarah berpikir secara rasionalisme (tidak sehat). (Alex Harefa)