Selasa, 29 September 2015|13:27:35 WIB
RADAR BISNIS - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menyulitkan Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengimpor sapi dan bahan kebutuhan pokok lainnya.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti usai menghadari rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (28/9).
“Memang menyulitkan karena kan dulu kita rancang (anggaran kerja) pada saat Rupiah Rp 13.200. Hari ini Rp 14 ribu lebih, tentu ada beberapa yang harus dikoreksi ya," kata Djarot.
Kendati demikian, Djarot meyakinkan depresiasi rupiah tidak akan menyurutkan niat pemerintah untuk menjaga ketersedian stok daging sapi dan kestabilan harga.
“Yang penting kan prioritas pertama (yaitu) jangan sampai tidak ada barang dan prioritas kedua bagaimana menekan harga menjadi lebih rasional,” ujarnya.
Djarot yakin Bulog bisa merealisasikan impor daging sapi hingga akhir tahun. Berdasarkan informasi yang diterimanya, bulan depan kemungkinan akan datang sekitar 2 – 3 ribu ton daging sapi beku.
“Mungkin bulan depan ini datang berapa ya, 2 atau 3 ribuan ton daging, saya lupa,” tutur mantan anggota direksi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) ini.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan pemerintah telah memberikan izin impor daging sapi sebanyak 10 ribu ton dari New Zealand kepada Perum Bulog.
Hari ini, nilai tukar rupiah terkoreksi sebesar 8 poin atau 0,06 persen ke Rp14.693 per dolar AS, setelah bergerak di kisaran Rp14.640-Rp14.727 per dolar AS. (ags/fn)