Sabtu, 26 September 2015|15:48:49 WIB
Oleh Ocu Azmi
RADAR OPINI - Menghilangkan kabut asap memang tak semudah yang kita bayangkan, karena memang asap yang ada hari ini tidak hanya datang dari daunan dan kayu hutan atau lahan yang terbakar, tapi sudah membakar lahan gambut yang mungkin saja membara dibawah sekian meter dari atas tanah, sehingga air semprotan dan hujan tidak langsung menyentuh titik api. Akibatnya tumpukan sampah daunan atau kayu diatas gambut yang basah akan terus mengering dan terbakar kembali, ibarat api dalam sekam, yang sepertinya sudah padam, namun ia tetap menjalar menghanguskan sekelilingnya. Efeknya jauh akan lebih besar lagi, karena kebakaran yang terjadi pada tumpukan kayu atau daunan yang basah akan cenderung menghasilkan asap yang lebih banyak dan bahkan berbau.
Mungkin inilah akibat kita selalu melalaikan kejadian kebakaran kecil, menganggap remeh atau sedikitnya jumlah titik api, serta tidak pernah maksimal ingin memberantas kebakaran hutan dan lahan. Padahal kejadian pembakaran hutan dan lahan seperti yang dikemukakan pada tulisan saya sebelumnya "sudah merupakan penyakit tahunan, janji asap yang tak pernah mungkir dikala musim panas tiba" namun pemerintah yang berkuasa mungkin menganggap ini hanya sebuah kerjaan ringan, hanya mengancam atau menggertak para pelaku, sehingga jarang kita dengar perusahaan yang ditutup karena membakar hutan dan lahan, jarang kita dengar perusahaan yang dicabut izinnya karena membakar hutan dan lahan, dan terakhirnya jarang kita dengar pelaku yang dipenjara karena membakar hutan dan lahan.
Hari ini berapa banyak media yang menyuarakan bahwa hujan semalam belum mampu mematikan titik api, berapa banyak media menyuarakan bahwa asap makin menjadi-jadi, sama persis sesudah hujan beberapa hari yang lalu. Kita tak bisa menganggap ini hal yang biasa lagi, Darurat Asap yang diberikan status untuk Provinsi Riau harus menjadi pemikiran dan aksi, agar asap ini tidak menjadi bencana yang mematikan, agar asap tidak menjadi salah satu sebab yang melumpuhkan dunia pendidikan karena harus diliburkan tanpa kepastian waktu, dan terakhir mungkin agar asap tidak menjadi pelumpuh ekonomi paling handal saat ini. Mari berpikir wahai pejabat negara.... mari berpikir wahai pejabat negeri..... hilangkan ego dan gengsi.... mari lakukan apa saja yang bisa mengatasi asap ini atau jika memang tobat nasional adalah solusi.... mari lakukan demi menyelamatkan negeri dan jiwa-jiwa yang ada didalamnya.
(rgc)