Senin, 14 September 2015|14:56:35 WIB
RADAR BISNIS - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kian tertekan. Hingga 31 Agustus 2015, IHSG sudah merosot 13,7%. Ini bukan angka yang kecil. Kemilau saham-saham BUMN pun mulai pudar.
Dulu, saham-saham BUMN bisa menjadi sandaran di saat yang lain kinerjanya merosot. Namun, kondisi sekarang berbeda, saham-saham BUMN tak 'sakti' lagi.
Analis dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan mengungkapkan, hal tersebut membuat cemas para investor. Saham-saham BUMN kini tidak lagi menjadi andalan.
"Kalau kondisi begini saham-saham BUMN harusnya bisa jadi sandaran tapi sekarang tumbang, ada sekitar 20 saham BUMN yang menguasai 26% kapitalisasi pasar saham senilai Rp 5.200 triliun, kalau keadaannya begini, ini sungguh mencemaskan, beli reksa dana, beli saham BUMN, reksa dana hancur, saham BUMN jatuhnya lebih parah," ujarnya saat acara Edukasi Wartawan Pasar Modal, di Gedung BEI, Jakarta, Sabtu (12/9/2015).
Haryajid mengatakan, dari 20 emiten BUMN yang dianalisa, hampir seluruhnya mencatatkan kinerja negatif. Ini menjadi rapor merah BUMN.
"Dari 20 emiten yang saya lihat ini terus terang data-datanya miris. Raportnya merah BUMN tahun ini, jadi harus ada perhatian pemerintah," ucap dia.
"Penurunan angka-angka ini angka luar biasa. Jadi harus ada stimulus di BUMN. Jangan diabaikan, investor dirugikan, apakah nasib BUMN mau seperti saham BUMI? Dulu buyback dilakukan terus, sekarang malah ditunda. Kalau BUMN nggak bagus ganti saja direksinya, buyback kok setengah hati," imbuh Haryajid. (drk/ang/fn)