Jumat, 11 September 2015|15:06:24 WIB
RADAR BISNIS - Lesunya perekonomian Indonesia di 2015 ikut berimbas pada kinerja keuangan perbankan di Tanah Air. Misalnya penurunan laba hingga ke persoalan rasio kredit bermasalah atau NPL yang berpeluang naik.
Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan untuk mendukung perbankan, pemerintahan Presiden Jokowi sebaiknya fokus pada kebijakan yang mendukung sektor riil, daripada kebijakan-kebijakan seperti insentif keuangan.
"Kondisi sulit ini, sebaiknya bagaimana pemerintah dan OJK (otoritas jasa keuangan) membantu sektor usaha. Usaha riil gambaran kelesuan ekonomi kita. Beri perhatian lebih pada sektor riil. Insentif keuangan perlu, tapi sektor riil lebih penting," jelas Sigit di Indonesia Banking Expo 2015 (IBEX), JCC Senayan, Jakarta, Rabu (9/9/2015).
Sigit mengungkapkan, dengan sehatnya pelaku usaha, secara tidak langsung akan mengerakkan kredit perbankan serta mengurangi angka NPL.
"Perbankan itu jantung ekonomi. Jantung genjot aliran darah ke semua bagian tubuh, kalau sektor riil sehat, aliran kreditnya juga lancar," terang Sigit.
Selain itu, menurut Sigit, pemerintah dan regulator keuangan harus selalu searah dalam setiap kebijakan ekonomi di saat krisis ini.
"Koordinasi kebijakan di sektor keuangan, baik BI, OJK, LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) sebagai otoritas paling tinggi harus jaga keuangan. Baik saat normal maupun krisis, ini supaya ada kepercayaan dan agar perbankan bekerja optimal," katanya.
Sigit menegaskan saat kondisi kesehatan perbankan nasional masih dalam kondisi yang sehat, maka tak perlu khawatir adanya krisis tahun 2008, apalagi tahun 1998.
"Krisis saat ini kita harus terus kerja keras dan bertindak cerdas dalam mitigasi risiko. Sekarang perbankan kita secara umum sudah punya ketahanan dalam menghadapi krisis, mereka sudah lakukan stress test," tambah Sigit. (hen/hen/fn)