Senin, 08 November 2021|18:51:26 WIB
RADARRIAUNET.COM: Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menyatakan bakal menindaktegas siapapun yang terlibat dalam perkara korupsi. Termasuk para pemangku kebijakan di pemerintahan.
Firli menyampaikan itu usai ada laporan yang masuk terkait dugaan keterlibatan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri BUMN Erick Thohir terkait yang mengambil untung dari bisnis tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi oleh Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA).
Polemik bisnis Tes polymerase chain reaction atau PCR telah memasuki babak baru. Bahkan, PRIMA juga turut melaporkan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir atas dugaan terlibat dalam bisnis PCR.
"Di tengah situasi keresahan masyarakat ada pandemi, situasi ekonomi belum pulih, kami ada dengar bisnis pejabat dalam PCR ini," ujar Wakil Ketua Umum PRIMA Alif Kamal usai melapor pada Kamis, Ahad 7 November 2021.
Selain itu, pelaporan juga berlandaskan aturan harga PCR yang kerap berubah-ubah. Alif mengatakan, selama ini masyarakat bahkan tak tahu harga dasar PCR.
"Ada keuntungan sekian dari pemerintah atau dari pelaku bisnis itu berapa, ini masuk ke kas negara atau seperti apa, nah ini menjadi keresahan kami," kata Alif.
Karena ramai pemberitaan ini, Luhut menenangkan istrinya. Lewat akun Facebook istri Luhut, Devi Pandjaitan mengunggah status bahwa ia telah berkomunikasi dengan sang suami di sela-sela kunjungan kerja menemani Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Sudah mulai bicara. Ibu juga tenang saja ya. Will be ok. Kita tidak ada yang salah kok,” seperti dikutip dari status Facebook Devi Pandjaitan menirukan pernyataan Luhut baru-baru ini.
Dalam komunikasi tersebut, Devi menuliskan pernyataan Luhut benar-benar ingin membantu karena keadaan penyebaran Covid-19 di Indonesia sudah sangat parah.
Luhut pun meminta istrinya agar tidak stres karena tidak ada yang salah dengan tindakan Luhut.
Sebab, semua yang Luhut lakukan adalah untuk kemanusiaan.
“Banyak tidak yang menghitung berapa banyak nyawa yang diselamatkan? Sekarang ngomong waktu itu apa ada yang bertindak? Kan tidak ada. Ya kita lakukanlah itu dan diikuti yang lain,” tulis Devi menirukan pernyataan suaminya menyitat tempo.com.
Sebelumnya diberitakan PT Genomik atau GSI merupakan perusahaan yang mengelola laboratorium untuk tes PCR dan memiliki lima cabang di Jakarta.
Majalah Tempo edisi 1 November 2021 menulis, dua perusahaan yang terafiliasi dengan Luhut, PT Toba Sejahtra dan PT Tiba Bumi Energi, tercatat mengempit saham di GSI.
Kedua perusahaan itu mengantongi 242 lembar saham senilai Rp 242 juta di GSI.
Luhut pun telah membantah hal tersebut. Ia mengklaim tak pernah mengambil keuntungan baik dalam bentuk dividen atau pendapatan lainnya di PT Genomik Solidaritas Indonesia.
“Saya tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia,” ujar Luhut dalam media sosial Instagram-nya.
Juru Bicara Luhut, Jodi Mahardi, sebelumnya membeberkan asal muasal Luhut terlibat dalam pendirian PT GSI.
“Terkait GSI, jadi pada waktu itu, Pak Luhut diajak oleh teman-teman dari Grup Indika, Adaro, Northstar, yang memiliki inisiatif untuk membantu menyediakan tes Covid-19 dengan kapasitas tes yang besar. Karena hal ini dulu menjadi kendala pada masa-masa awal pandemi ini,” katanya melalui pesan singkat.
Jodi menyebutkan terdapat 9 pemegang saham di PT GSI dimana yayasan dari Indika dan Adaro adalah pemegang saham mayoritasnya.
Pemodal yang merupakan perusahaan-perusahaan besar itu, menurut Jodi, menandakan bahwa pendirian PT GSI tidak berorientasi pada profit.
“Kalau dilihat grup-grup itu kan mereka grup besar yang bisnisnya sudah well established dan sangat kuat di bidang energi, jadi GSI ini tujuannya bukan untuk mencari profit bagi para pemegang saham,” kata Jodi menjelaskan lebih lanjut keterlibatan Luhut dalam bisnis PCR tersebut.
RR/Tempo