Ahad, 09 Agustus 2020|02:23:34 WIB
RADARRIAUNET.COM: Pengunjuk rasa Libanon berdemonstrasi di depan Kementerian Luar Negeri di Beirut, Sabtu (8/8).
Aksi demo ini dilakukan sebagai wujud kemarahan warga atas kasus ledakan mematikan di pelabuhan Beirut yang membuat ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal dan mengejutkan dunia.
Ribuan demonstran, turun ke pusat kota untuk melampiaskan amarah mereka pada politisi yang mereka salahkan atas ledakan hari Selasa lalu.
Ledakan akibat amonium nitrat yang disimpan bertahun-tahun di salah satu kapal di pelabuhan itu telah meratakan pelabuhan Beirut dan menewaskan 158 orang.
Di tengah aksi demonstrasi, Perdana Menteri Libanon Hassan Diab berjanji akan mempercepat pemilu. Ia menganggap pemilu merupakan satu-satunya cara untuk "keluar dari krisis struktural negara".
Demonstran berbaris melalui jalan-jalan yang rusak akibat ledakan itu. Mereka berkumpul di Lapangan Martir pusat, tempat sebuah truk terbakar. Kesedihan mereka lantas berubah menjadi kemarahan.
Pasukan keamanan pun nampak menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran yang berusaha menerobos ke parlemen.
Palang Merah Lebanon mengatakan telah membawa 55 orang pendemo ke rumah sakit terdekat. Sementara 117 lainnya terluka dan mendapat perawatan di tempat kejadian, tanpa menyebutkan siapa mereka.
Sebuah kelompok yang dipimpin oleh pensiunan perwira tentara Lebanon menyerbu kementerian luar negeri dan menyatakannya sebagai "markas besar revolusi".
"Kami mengambil alih kementerian luar negeri sebagai tempat revolusi," Sami Rammah, seorang pensiunan perwira, mengumumkan melalui pengeras suara dari tangga depan kementerian.
"Kami menyerukan kepada semua rakyat Lebanon yang menderita untuk turun ke jalan menuntut penuntutan semua koruptor," seruan kepada komunitas internasional untuk memboikot pemerintah.
Ledakan ini dianggap sebagai hasil dari korupsi dan ketidakmampuan elit penguasa mengendalikan situasi.
"Anda korup, sekarang Anda penjahat," seperti tertulis pada salah satu spanduk di demonstrasi.
sementara pengunjuk rasa meneriakkan: "Balas dendam, sampai rezim ini berakhir."
Libanon gagal membayar utangnya untuk pertama kalinya tahun ini. Pemerintahan Libanon saat ini dinilai gagal menangani keadaan darurat ekonomi, sehingga menyetujui reformasi yang diperlukan untuk merundingkan paket penyelamatan internasional, di tengah tekanan kuat dari Barat.
RRN/CNNI