Kamis, 27 Februari 2020|12:23:27 WIB
RADARRIAUNET.COM: Para polisi antihuru-hara berpatroli di jalan-jalan di sejumlah wilayah New Delhi, India, hari ini menyusul kerusuhan sektarian yang menewaskan 20 orang. Pemimpin New Delhi menyerukan diberlakukannya jam malam di ibu kota India itu.
Menteri kepala New Delhi, Arvind Kejriwal meminta militer dikerahkan ke ibu kota dan jam malam diberlakukan."Polisi, meski semua upaya mereka, tak mampu mengendalikan situasi dan menanamkan kepercayaan," kata Kejriwal dalam cuitan di akun Twitter-nya pada Rabu pagi seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (26/2/2020).
"Militer harus dikerahkan dan jam malam diterapkan," imbuhnya.
Selama dua hari belakangan ini, New Delhi dilanda kekerasan antara warga Hindu dan muslim. Kerusuhan ini disebut sebagai kekerasan sektarian terburuk di New Delhi dalam puluhan tahun terakhir.
Kerusuhan tersebut bermula pada Senin (24/2) antara warga yang mendukung dengan warga yang menentang UU kewarganegaraan yang dijuluki undang-undang "anti-muslim", yang telah memicu protes nasional, khususnya kalangan muslim.
Jumlah korban jiwa akibat kerusuhan itu telah bertambah menjadi 20 orang. Sebanyak 189 orang lainnya tengah menjalani perawatan di rumah sakit karena terluka, termasuk sekitar 60 orang yang mengalami luka tembak.
"Jumlah korban tewas mencapai 20 orang, 189 orang menjalani perawatan di rumah sakit. Sekitar 60 orang mengalami luka tembak," kata Sunil Kumar, direktur Rumah Sakit Guru Teg Bahadur yang merawat sebagian besar korban luka.
Kerusuhan di ibu kota India berpenduduk sekitar 20 juta jiwa itu meninggalkan jejak kehancuran setelah massa membakar kendaraan-kendaraan dan bangunan-bangunan. Bahkan masjid Ashok Nagar Delhi dibakar oleh massa yang tidak dikenal.
Namun, menurut laporan lokal, masjid itu dikelilingi oleh gerombolan massa yang marah meneriakkan slogan-slogan ultranasionalis India sambil menempatkan "bendera Hanuman" di bagian atas masjid.
Seorang warga New Delhi menceritakan suasana mencekam di ibu kota India itu.
"Orang-orang saling membunuh. Peluru-peluru ditembakkan di sini," kata seorang penjahit di kawasan Jaffrabad. Usai kerusuhan itu, pria tersebut pulang ke kampung halamannya di negara bagian Uttar Pradesh, India utara.
"Tak bisa bekerja... lebih baik pergi daripada bertahan di sini. Kenapa kita ingin mati di sini?" ujarnya.
RR/DRS/DTC