Selasa, 04 Februari 2020|14:23:27 WIB
RADARRIAUNET.COM: Kementerian Kesehatan menyebut sudah melakukan pemeriksaan terhadap 34 orang yang diduga terjangkit virus corona hingga Minggu (2/2). Seluruh suspect itu telah dinyatakan negatif dari Corona.
Hal itu diungkapkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dalam rapat kerja bersama dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Senin (3/2).
"Mendapatkan hasil 34 negatif, di mana di antara 34 sampel diuji terdiri dari 27 WNI dan 7 warga negara asing," kata Terawan dalam rapat tersebut.
Terawan menjelaskan bahwa pemeriksaan itu dilakukan secara langsung di laboratorium Kemenkes. Laboratorium itu, kata dia, telah terakreditasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, laboratorium ini juga dilengkapi dengan pedoman penanganan virus corona dari WHO sejak akhir tahun lalu.
"Seperti kita ketahui bahwa Puslitbang Biomedis Balitbangkes merupakan sebuah laboratoruim BSL 3 yang terakreditasi oleh WHO dan juga kit-kit (pedoman penanganan) untuk virus ini kita sudah punya sejak Desember 2019," kata Terawan.
Sementara itu, kini pihak pemerintah telah mengetatkan pemeriksaan untuk masuk ke dalam Indonesia. Setidaknya, kata dia, telah disiapkan 195 thermal scanner di 135 pintu masuk negara.
Selain itu, pemerintah telah mengidentifikasi 19 daerah berisiko yang memiliki akses langsung dari dan ke Tiongkok.
Dari sisi kesiapan rumah sakit, Terawan menjelaskan bahwa setidaknya akan ada 100 rumah sakit rujukan yang diklasifikasikan sebagai RS rujukan nasional, provinsi, dan regional. Dalam hal ini, rumah sakit tersebut diyakini telah siap menangani pasien terjangkit virus corona
Untuk RS rujukan nasional, Terawan menerangkan setidaknya terdapat tiga rumah sakit, yakni Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, RSPAD Gatot Subroto, dan RS Persahabatan.
"Kesiapan RS rujukan penyakit infeksi emerging perlu dilakukan maping ulang karena 100 RS rujukan flu burung ini ditetapkannya pada 2007. Jadi perlu cek dan recheck semuanya. (Kini) Sudah 82 RS melaporkan data update kesiapsiagaan RS terkait penyakit infeksi emerging," kata dia.
Penerbangan dari dan ke China Secara terpisah Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menyarankan, kebijakan menutup sementara penerbangan dari dan menuju China dilaksanakan hingga ada keputusan dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Sebab, menurut dia, salah satu dasar pemerintah mengambil kebijakan untuk mengantisipasi persebaran virus corona masuk ke Indonesia yaitu pernyataan WHO yang menjadikan wabah tersebut sebagai darurat kesehatan global.
“Yang pasti adalah sampai WHO membuat keputusan untuk mencabut. Karena yang penting adalah putusan WHO ini,” kata Hikmahanto kepada Kompas.com, Senin (3/2/2020).
Pernyataan tersebut, imbuh dia, juga menjadi dasar bagi sejumlah negara di dunia untuk mengambil langkah pencegahan penyebaran virus. Terutama, bagi negara-negara dengan kemampuan penanganan kesehatan yang rendah.
“Karena tanpa pernyataan dari WHO, tindakan seperti pencabutan bebas visa tidak ada dasar. Jangan sampai nanti China menyatakan ini sebagai tindakan extraordinary event, bukan penyakit yang menular dan yang lain sebagainya,” ujarnya.
“Tetapi, ketika sudah ada pernyataan dari WHO, ini sudah confirm, badan internasional menyatakan bahwa ini suatu penyakit berbahaya dan bisa menyebar. Jadi sampai kapan, tidak ada hitungan hari, bulan atau tahunnya. Tapi sampai WHO mencabut pernyataan itu,” imbuhnya.
Pemerintah memutuskan untuk menutup penerbangan dari dan ke China mulai Rabu (5/2/2020). Hal itu diputuskan setelah Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas bersama sejumlah menteri di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (2/2/2020). Rapat tersebut membahas kepulangan warga negara Indonesia ( WNI) dari Wuhan, China.
"Penerbangan langsung dari dan ke mainland RRT (China) ditunda sementara, mulai Rabu, pukul 00.00 WIB," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Minggu.
RR/cnni/kps/zet