Selasa, 14 Januari 2020|15:10:20 WIB
RADARRIAUNET.COM: Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya (Laksdya ) TNI Yudo Margono, menyatakan kapal ikan dan Coast Goard China telah meninggalkan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) wilayah laut Natuna Utara.
Hal itu diketahui berdasarkan hasil pantauan udara yang dilakukannya pada Senin pagi menggunakan pesawat Boeing 737 milik TNI Angkatan Udara.
"ZEEI kita clear, tidak ada lagi kapal ikan China maupun Coast Goard, mereka telah meninggalkan 89 mil arah utara dari batas ZEEI," kata Panglima usai melakukan pantauan udara di Bandara Raden Sadjad, Ranai, Natuna, dikutip dari Antaranews, Senin siang.
Ia juga menjelaskan, pengusiran kapal ikan asing di laut Natuna Utara selain dengan cara melakukan pemantauan juga dikerahkan 7 KRI setiap hari untuk terus melakukan pengamanan di wilayah ZEEI.
"Selain Boeing dari udara terus memantau, ada 7 KRI yang terus mendorong mereka untuk keluar," kata Yudo.
Menurutnya, kapal ikan dan Coast Goard China terus bergerak keluar dari wilayah ZEEI dengan kecepatan 7 mil per jam.
"Kemarin mereka masih 30 mil, sekarang sudah bergerak hingga 89 mil, meninggalkan laut kita," kata dia.
Ia juga memastikan 7 KRI tiap hari akan terus beroperasikan secara bergantian dengan batas waktu tidak di tentukan.
"Kita akan perintahkan operasi rutin tiap hari, mereka kita usir, mereka kekuar dari wilayah kita ya sudah, tetap kita jaga wilayah kita jangan terulang pagi," kata Panglima.
Selain itu, Ia juga menanggapi terkait wacana akan ada mobilitasi nelayan ke kawasan ZEEI laut Natuna Utara dan siap mengamankan jika diminta.
"Kita siap, jika di minta," tegasnya.
Tolak Nelayan Pantura
Sementara itu Aliansi Nelayan Natuna menyampaikan pernyataan sikap terkait isu kedatangan Nelayan Pantura yang akan beroperasi di laut Natuna, terutama kapal yang menggunakan alat tangkap cantrang.
"Ada tiga poin pernyataan sikap kami menolak kehadiran nelayan pantura," kata Hendri inisiator Aliansi Nelayan Natuna usai melakukan rapat koordinasi bersama perkumpulan nelayan se Kabupaten Natuna di Natuna Hotel, Ranai, Natuna, Minggu.
Pertama, kata Hendri, Nelayan Natuna menolak rencana pemerintah memobilisasi kapal-kapal ikan pantura ke laut Natuna dengan alasan menyulitkan nelayan lokal karena akan mempersempit area penangkapan dan nelayan lokal tidak akan mampu bersaing.
"Nelayan lokal akan tersisih, keprihatinan kita itu, kita dapat informasi dari Aliansi Nelayan Indonesia bahwa mereka akan kerahkan 500 kapal cantrang ke sini," kata dia.
Kedua, tuntutan nelayan Natuna meminta pemerintah pusat meningkatkan pengamanan dan pengawasan di laut natuna utara, supaya nelayan Natuna merasa aman saat mencari ikan di laut Natuna.
"Nelayan kita selama ini juga telah beroprasi di sana (ZEE) namun yang kita minta ditingkatkan pengamanan sebagai mana yang dilakukan oleh Negara tetangga kita seperti Vietnam, China, Malaysia terhadap Nelayan mereka," ungkapnya.
Ketiga, harapan nelayan Natuna agar pemerintah pusat mempercepat pemberdaya nelayan Natuna menjadi nelayan yang memiliki daya saing.
"Mendorong kesetaraan nelayan lokal agar mampu bersaing dengan nelayan pantura dan nelayan asing, bukan mendatangkan nelayan dari luar, itu mengatasi masalah dengan menambahkan masalah baru," kata dia.
Selain itu, Ia juga membantah bahwa di laut Natuna utara sepi keberadaan nelayan, karena selama ini telah banyak nelayan beroperasi di ZEE di antaranya nelayan dari Bintan, Karimun bahkan nelayan pantura itu sendiri pada musim tertentu.
"Tanpa didatangkan, nelayan pantura telah banyak beroprasi di laut Natuna, masalahnya area tangkap mereka mengganggu nelayan lokal, nelayan kita kalau dikatakan tidak mampu beroperasi di ZEE itu buktinya video kapal ikan asing yang viral kemarin, itu kan video nelayan kita yang ambil," tegasnya.
RR/ant/zet