Rabu, 09 September 2015|10:03:52 WIB
RENGAT (RRN) - Semakin hari kabut asap yang menyelimuti Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau kian parah, akibatnya kondisi udara diwilayah Inhu sangat tidak sehat (berbahaya). Berdasarkan hasil pengukuran Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), saat ini ISPU di Inhu sudah melebihi 500 Polutan Standar Indeks (PSI), terutama pada pagi dan malam hari. "Berdasarkan hasil pengukuran ISPU yang kita lakukan pada 3-4 September 2015 kemaren dari pukul 01.00 - 22.00 WIB, diketahui bahwa ISPU di Inhu sudah melebihi 500 PSI, terutama pada pagi dan malam hari. Itu artinya, kondisi udara di Inhu saat ini sangat berbahaya", ujar Kepala Dinas Kesehatan Inhu H Suhardi kepada awak media, Selasa (8/9/2015).
Kondisi ini tentunya sangat berdampak pada kesehatan semua orang, terutama bagi ibu hamil, balita dan orangtua. "Dari data yang kita himpun, pada Agustus lalu tercatat sebanyak 1229 kasus ISPA, 34 kasus Pneumonia, 12 kasus Asma, 16 kasus Iritasi Mata dan 59 kasus Iritasi Kulit. Sedangkan pada September ini, tercatat 523 kasus ISPA, 11 kasus Asma, 54 kasus Iritasi Mata dan 51 kasus Iritasi Kulit", terangnya.
Meski demikian sambung Suhardi, pihaknya menyakini bahwa jumlah kasus yang sesungguhnya lebih besar dari yang terdata saat ini. Karena, tidak seluruh masyarakat yang terkena dampak kabut asap berobat ke puskesmas ataupun rumah sakit. Dengan demikian, pihaknya menghimbau kepada seluh masyarakat Kabupaten Inhu untuk mengurangi aktifitas diluar rumah, terutama bagi ibu hamil, anak-anak serta orangtua lanjut usia. "Mengingat kondisi udara sudah sangat tidak sehat, masyarakat juga dihimbau untuk tidak membuka jendela saat berada didalam rumah. Dan jika ada kepentingan untuk keluar rumah, hendaknya menggunakan masker", tegas Suhardi.
Sejauh ini, Diskes Inhu sudah mendistribusikan sebanyak 60 ribu masker kepada masyarakat, baik itu melalui Puskesmas maupun kelompok masyarakat. "Ayo, jaga kesehatan kita dan keluarga dari ancaman kabut asap ini. Gunakanlah masker saat keluar rumah, karena lebih baik mencegah dari pada mengobati", pungkas Suhardi. (teu/grc)