Selasa, 08 Oktober 2019|15:37:59 WIB
JAKARTA: Akhir pekan lalu ramai dikabarkan bahwa platform transaksi digital OVO berhasil menyadang status startup unicorn. Status ini tidak datang dari klaim pihak OVO melainkan firma riset asing.
Sebuah firma AS bernama CB Insight diketahui memasukan nama OVO dalam daftar startup unicorn per tanggal Januari 2019. Dalam daftar tersebut tercatat ada lebih dari 300 startup unicorn dari seluruh dunia, dan beberapa di antaranya adalah decacorn dan hectocorn.
Dikutip dari situs CB Insight, disebutkan bahwa per tanggal 14 Maret 2019 namanya sudah masuk dalam daftar startup unicorn. OVO disebut sebagai startup fintech dengan nilai valuasi USD2,9 miliar atau senilai Rp42,3 triliun.
Tertera juga investor yang mendukung OVO di antaranya adalah Grab, Tokopedia, dan Tokyo Century Corp. Sampai saat ini tim komunikasi OVO belum bisa memberikan komentar, artinya belum ada pernyataan resmi dari perusahaan.
Dalam sebuh acara yang dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara, dia menyebut bahwa dirinya sudah berkomunikasi langsung dengan pendiri OVO. Rudiantara mengklaim bahwa OVO mengakui sudah memiliki valuasi unicorn.
"Saya sudah bicara dengan founder-nya, dan memang iya. Makanya saya berani bicara setelah saya konfirmasi," ungkap Rudiantara kemarin. Beberapa waktu lalu Rudiantara juga sempat mengungkap targetnya bahwa hingga 2019 setidaknya Indonesia memiliki lima unicorn.
Kini target tersebut telah tercapai dengan adanya Gojek, Bukalapak, Tokopedia, Traveloka, dan OVO. Saat itu Rudiantara juga menyebut targetnya adalah Indonesia memiliki unicorn dari startup di bidang kesehatan dan pendidikan.
Informasi data mengenai OVO yang dikumpulkan Medcom.id menyebutkan bahwa aplikasistartup tersebut sudah diunduh di lebih dari 115 juta perangkat per akhir November 2018.
Sebelumnya Indonesia juga sudah memiliki startup dengan status decacorn atau mengantongi valuasi sebesar USD10 miliar. Di bulan April lalu Gojek dilaporkan sudah menyandang status tersebut.
Klaim ini awalnya juga tidak hadir langsung dari Gojek, melainkan lembaga riset independen. Adapun investasi yang masuk ke Gojek mencapai USD3,1 miliar dari 24 investor.
RRN/MEDCOM