Senin, 02 September 2019|16:34:52 WIB
Yogyakarta: Para petani di Yogyakarta memilih membuat sumur mandiri sebagai sumber pengairan saat musim kemarau seperti saat ini. Adapun sumur dibuat jauh-jauh hari sebelum aliran irigasi mati.
Seorang petani di Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Mujiono mengatakan sumur yang dibuat untuk pengairan yakni sumur bor. Bermodal sumur ini para petani cukup untuk mengairi ladangnya agar bisa tetap bercocok tanam.
"Rata-rata petani di sini juga pakai sumur bor. Kalau air dari saluran irigasi sudah gak bisa diandalkan pas musim kemarau," kata Mujiono di Sleman seperti sitat medcom.id, Senin (2/9/2019).
Lelaki berusia 60 tahun ini mengatakan para petani membuat sumur bor secara pribadi. Meskipun, ada sebagian yang memilih untuk saling membantu untuk membuat sumur bor.
Ia menyebut, petani yang tak mampu membuat sumur akan dibantu petani lain. Jika tidak, petani yang bersangkutan akan meminta sumber air untuk mengairi lahan pertaniannya.
"Biasanya hanya mengganti ongkos bensin (BBM). Biasanya habis sekitar Rp50 ribu sekali pengairan," katanya.
Dengan kondisi itu, ia mengatakan sebagian petani tetap bisa bercocok tanam. Bahkan, kata dia, sebagian petani tetap bisa menanam padi selama tiga kali.
"Minimal dua kali tanam padi. Kemudian sisanya bisa menanam palawija, kayak jagung dan kacang seperti itu," ujarnya.
Supri, petani di Kecamatan Gamping, mengatakan sistem pengairan masih bagus saat ini. Meskipun, harus ada pengaturan atau giliran dalam pemakaian saluran irigasi.
"Jadi harus bergantian kalau mau mengairi lahan. Masih banyak petani yang bisa tanam padi," tuturnya.
Sementara, Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta, Reni Kraningtyas mengatakan, musim hujan di DIY diprediksi akan turun sekitar bulan November. Untuk wilayah Sleman bagian barat diperkirakam hujan sekitar bulan Oktober.
"Pada Oktober atau November wilayah DIY akan memasuki musim hujan," kata Reni.
RRN/MCI