Rabu, 03 Juli 2019|15:32:15 WIB
Jakarta : Seorang buronan teroris yang diduga pengikut Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan meledakkan diri di ibukota Tunis, Tunisia, pada Rabu (3/7/2019). Pria yang diidentifikasi bernama Aymen Smiri itu memicu bom yang dipasangkan di dirinya menggunakan sebuah sabuk berisi bahan peledak.
Seperti dilansir Reuters, menurut para saksi, Smiri bunuh diri di wilayah Intilaka setelah sempat dikepung oleh polisi. Sejumlah warga setempat juga melaporkan mereka mendengar ledakan dahsyat ketika insiden itu terjadi.
Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tunisia menginformasikan bahwa polisi sempat melepaskan tembakan ke arah Smiri.
"Setelah pengejaran yang cukup panjang, pasukan khusus berhasil mengepung teroris tersebut," demikian bunyi pernyataan Kementerian Dalam Negeri seperti sitat CNN Indonesia, Rabu (3/7/2019)
"Ketika pasukan mulai meluncurkan tembakan, dia (Smiri) meledakkan dirinya dengan sabuk peledak yang ia gunakan," ujarnya.
Hingga kini, tidak ada laporan terkait korban berjatuhan akibat insiden hari Rabu ini.
Insiden ini juga menjadi yang ketiga dalam waktu sepekan menjelang diadakannya pemilu di Tunisia. Dalam serangan ketiga itu, ISIS menargetkan pasukan pengawal presiden di ibu kota.
Sebelumnya, dua pelaku bom bunuh diri juga melakukan aksi sejenis dalam serangan terpisah terhadap pihak kepolisian pada Kamis (27/6) lalu. Akibatnya, seorang polisi tewas dan sejumlah warga mengalami luka-luka.
ISIS diduga menjadi dalang atas serangan yang terjadi. Tunisia sendiri diketahui telah memerangi kelompok militan yang beroperasi di wilayah terpencil dekat perbatasan negaranya dengan Aljazair sejak pemberontakan terjadi dalam aksi penggulingan mantan Presiden Zine Abidine Ben Ali pada 2011 silam.
Sementara, tingkat pengangguran yang tinggi di Tunisia juga telah memicu kerusuhan dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, peristiwa sejenis sempat terjadi pada Oktober tahun lalu ketika seorang wanita meledakkan dirinya di pusat kota Tunis.
Setidaknya 15 orang terluka akibat ledakan tersebut, termasuk sepuluh petugas kepolisian. Keamanan negara juga telah diperketat sejak pemerintah menyerukan keadaan darurat di Tunisia setelah serangan terakhir ISIS pada November 2015 lalu.
Serangan tahun 2015 itu berhasil menyerang sebuah museum di wilayah Tunis dan sebuah pantai di kota tepi laut Mediterania, Sousse. Dengan sederet insiden yang kerap terjadi, pemerintah Tunisia masih berharap agar jumlah pengunjung ke negaranya akan tetap meningkat pada puncak musim ini.
RRN/CNNI