Pesan Peringatan Bom Surabaya: Tragedi Ini Jangan Terulang
Pemuka lintas agama berdoa bersama saat peringatan setahun tragedi bom gereja Surabaya di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Surabaya, Jawa Timur, Senin (13/5/2019). cnni pic

Pesan Peringatan Bom Surabaya: Tragedi Ini Jangan Terulang

Selasa, 14 Mei 2019|13:00:39 WIB




Jakarta : Sejumlah warga kota Surabaya menggelar doa lintas agama dan menyalakan seribu lilin memperingati setahun peristiwa bom Surabaya, Senin (13/5) malam. Warga Surabaya memperingati dengan khidmat ketika setahun lalu tiga rumah ibadah dibom oleh teroris.

Warga Surabaya yang berkumpul merupakan jemaat gereja dan forum umat lintas agama. Aksi mengusung tajuk Refleksi Peristiwa 13 Mei: Merawat Ingatan Merajut Kemanusiaan. Kegiatan digelar di salah satu lokasi ledakan, Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Ngagel, Surabaya.

Peringatan yang dipusatkan di selasar SMTB ini diawali dengan peluncuran buku, buka puasa bersama, pentas seni dan selawat perdamaian untuk mengenang dan mendoakan para korban tragedi pengemboman tersebut.


"Ini adalah setahun memperingati peristiwa 13 Mei. Maka ujubnya (doa) itu difokuskan untuk bagaimana memberikan makna yang mendalam dari peristiwa tersebut," kata Pengurus Gereja SMTB, Deograsias Yosep, di lokasi,seperti sitat CNN Indonesia, Selasa (14/5/2019).

Peringatan tidak hanya dihadiri oleh jemaat gereja saja, melainkan juga sejumlah Romo seluruh Surabaya dan keluarga korban. Mereka semua turut memanjatkan doa.

"Kebetulan juga dalam misa ini pertemuan para Romo se-Surabaya berkumpul di gereja ini. Dan ada begitu banyak tokoh agama mendoakan peristiwa tersebut," ujarnya.

Yosep ingin tregedi kemanusiaan tersebut tak lagi terulang di Kota Surabaya. Ia juga berharap masyarakat dapat hidup damai berdampingan, di antara berbagai perbedaan.

Pastor Gereja Santa Maria tak Bercela, Romo Eka Winarno meyakini doa bersama lintas agama tersebut akan semakin menguatkan para jemaat agar bangkit dari trauma pascaledakan bom.


"Kami mendoakan korban (jemaat), melalui doa ini kami berharap sembuh atau pulih, itu memang tidak bisa diukur, tapi (korban) mereka memaafkan, karena pelaku juga keliru menafsir dalam memahami agama," ujar Eka.

Setahun lalu bom meledakkan tiga gereja di Surabaya: Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Gereja Kristen Indonesia Diponegoro. Sehari berikutnya ledakan bom serupa kembali terjadi di Mapolrestabes Surabaya. 28 orang tewas terdiri 18 warga dan 10 pelaku. Selain itu puluhan orang mendapatkan perawatan secara intensif.

Terselip aksi penolakan people power
Di sela kegiatan, diketahui juga berkumandang deklarasi menolak gerakan people power pascapemilu dan Pilpres 2019.


Deklarasi dilakukan oleh ratusan jemaat gereja dan umat lintas agama, dengan dipimpin Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Maha Esa Jatim, Oto Bambang Wahyudi.

"Pancasila jaya, NKRI harga mati. Terima kasih pelaksanaan Pemilu 2019, di Jawa Timur, berlangsung dengan lancar aman transparan dan jujur," kata Oto, diikuti, para jemaat.

"Kami menolak adanya aksi people power karena mencederai nilai-nilai demokrasi dan berakibat memecah belah bangsa," ucap dia.

Oto mengatakan sengaja membacakan deklarasi itu di hadapan para jemaat. Menurut dia people power adalah ancaman kerukunan umat beragama, dan bisa merusak sistem demokrasi di Indonesia.

"Dengan adanya people power itu akan merusak sistem demokrasi kita, kedua itu akan juga merusak kerukunan antar umat yang ada di Indonesia, ini yang harus kita hindarkan," ujar Oto.


RRN/CNNI







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita NASIONAL

MORE

MOST POPULAR ARTICLE