Senin, 11 Maret 2019|15:34:53 WIB
Jakarta: Agus Yustiadi (27 tahun) terpaksa mengurungkan niatnya pulang ke kampung halaman karena harga tiket pesawat masih mahal. Ia mengaku tak mampu merogoh kocek untuk membayar tiket pulang pergi Jakarta-Pontianak seharga Rp1,88 juta.
Padahal, sebelumnya, ia hanya membayar Rp1,2 juta untuk rute yang sama. "Ini berarti 50 persen lebih mahal. Katanya sudah diturunkan, tapi malah naiknya nggak kira-kira," ujarnya, seperti sitat CNN Indoensia, Senin (11/3).
Seperti diketahui, masyarakat mulai melancarkan protes terkait harga tiket yang selangit pada awal tahun ini. Mereka menyampaikan serangkaian petisi di situs change.org. Petisi tersebut direspons positif oleh Indonesia National Air Carrier Association (INACA) dengan kebijakan penurunan harga tiket.
"Kami sudah mendengar keprihatinan masyarakat atas tingginya harga tiket nasional. Dan atas bantuan atau komitmen positif dari stakeholder, kami sejak Jumat (11/1), sudah menurunkan tarif harga tiket domestik," ujar Ketua Umum INACA Akshara Danadiputra pada pertengahan Januari lalu.
Rentang penurunan harga tiket domestik berkisar 20 persen-60 persen, bergantung kebijakan masing-masing maskapai. Kebijakan ini berlaku untuk 34 maskapai yang tergabung dalam INACA, antara lain Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Sriwijaya.
Pada pertengahan Februari, Garuda Indonesia Group kembali menegaskan penurunan harga tiket yang dilegonya. Ini berarti termasuk layanan full service Garuda Indonesia, dan Low Cost Carrier (LCC) Citilink, serta Sriwijaya Air dan NAM Air.
"Hal ini sejalan dengan aspirasi masyarakat dan sejumlah asosiasi industri,dan arahan Bapak Presiden RI (Joko Widodo) mengenai penurunan tarif tiket penerbangan," terang Akshara yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia.
Namun, harga tiket belum juga landai. Buktinya, Anggi M N (32 tahun) menuturkan tiket PP Jakarta-Medan yang biasanya tidak lebih dari Rp1,65 juta, kini melambung mencapai Rp2,74 juta.
"Biasanya Lion Air murah. Sekarang paling murah saya cek di Traveloka, ditawarkan oleh Citilink. Itu pun mahal, Rp2,74 juta untuk keberangkatan pertengahan April 2019. Mahal," tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Ardhian Novianto. Jika biasanya ia merogoh kocek Rp1,5 juta untuk PP Jakarta-Yogyakarta, kini ia harus menanggung lebih mahal hingga Rp600 ribu menjadi Rp2,1 juta untuk rute yang sama.
Kondisi ini memaksa pekerja ibu kota tersebut mengganti moda transportasi pulang ke kampung halaman dari pesawat menjadi kereta api. "Untuk naik kereta api, PP sekitar Rp1 juta. Karena pesawat sudah Rp1,8 juta-Rp2,1 juta," tutur Ardhian.
Harga Diklaim Wajar
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan pun sebetulnya telah mengirimkan inspektur untuk memantau harga jual tiket pesawat. Pada Februari lalu, regulator mengklaim memantau harga tiket yang memang di bawah koridor yang ditetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2016.
Namun, nyaris sebulan setelah inspeksi yang dilakukan Kemenhub, Direktur Jenderal Hubud Kemenhub Polana Pramesti mengatakan hasil penelusurannya mengisyaratkan harga jual tiket pesawat masih dalam batas wajar atau sesuai ketentuan Permenhub.
"Masih di dalam koridor Tarif Batas Atas (TBA) dan Tarif Batas Bawah (TBB). Maskapai menerapkan dinamic pricing, kalau melanggar akan dikenakan sanksi," ujarnya seperti sitat CNNIndonesia.com.
RRN/CNNI