Bio Farma Masuki Tahap Uji Klinis Vaksin Konjugat Tifoid
Ilustrasi: Vaksin influenza, salah satu produk vaksin Bio Farma medcom.id

Bio Farma Masuki Tahap Uji Klinis Vaksin Konjugat Tifoid

Sabtu, 02 Maret 2019|11:49:30 WIB




Bandung: Peneliti Bio Farma tengah mengembangkan vaksin konjugat tifoid. Saat ini, proses pengembangan sudah tahap uji klinis fase 1.

Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bio Farma Adriansjah Azhari mengatakan, pengembangan vaksin konjugat tifoid dilakukan bersama Universitas Indonesia dan International Vaccine Institute (IVI) Korea. Diharapkan, kolaborasi ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat demam tifoid.

"Melalui kolaborasi dengan IVI dan para ahli dari beberapa Universitas di Indonesia, kami akan menyelesaikan program pengembangan uji klinis sehingga vaksin tifoid konjugat ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secepatnya dan memberikan perlindungan menyeluruh bagi masyarakat," kata Adriansjah seperti sitat Medcom.id, Sabtu (2/3/2019).


Sementara itu, Direktur Program Tifoid IVI Dr Sushant Sahastrabuddhe mengatakan, riset yang dilakukan merupakan langkah penting melindungi masyarakat dunia melalui vaksin tifoid VI-DT. "Khususnya yang paling rentan terhadap demam tifoid ini anak-anak" kata Dr Sushant Sahastrabuddhe.

Direktur Jenderal IVI Dr Jerome Kim menambahkan, riset yang dilakukan saat ini membuka jalan pengembangan tahapan uji klinis, sehingga vaksin tifoid konjugat bisa dirilis ke pasaran.

Uji klinis fase 1 melibatkan kelompok dewasa dan anak-anak di Indonesia. Hasil menunjukkan, vaksin tersebut aman dan berpotensi menghasilkan respons imun protektif. Studi telah dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Universitas Indonesia, Bio Farma, dan IVI.

Selain itu, Kepala Divisi Surveilans & Uji klinis Bio Farma Dr Novilia Sjafri Bachtiar mengapresiasi oeran seluruh pihak yang terlibat. Diharapkan, studi fase I yang telah dilakukan memberikan hasil positif.


"Ini adalah pencapaian penting dalam upaya kami untuk mengembangkan vaksin tifoid konjugat baru," kata Novilia.

Seperti diketahui, demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Angka kematian akibat penyakit ini mencapai 200 ribu per tahun.

Demam tifoid rentan terhadap anak-anak, terutama pada beberapa negara- endemik. Namun, vaksin polisakarida tifoid konvensional (Vi-PS) tidak dianjurkan untuk anak di bawah usia 2 tahun.

Atas dasar tersebut, para peneliti dari IVI dan mitra peneliti di Indonesia tengan berjuang mengembangkan vaksin konjugat S. typhi Vi-DT yang baru. Riset yang diterbitkan baru-baru ini dalam jurnal PLoS ONE menunjukkan, vaksin baru ini aman dan imunogenik pada orang dewasa dan anak-anak di atas usia 2 tahun.


RRN/Medcom.id







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita NEWS

MORE

MOST POPULAR ARTICLE