Jumat, 15 Februari 2019|13:26:36 WIB
Jakarta: Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri memperkirakan pembangunan jalan tol yang dibangun oleh Presiden Jokowi tidak akan mampu turunkan ongkos logistik. Perkiraan tersebut ia buat berdasarkan kapasitas angkut logistik di jalan.
Faisal mengatakan kapasitas angkut melalui darat tak sebesar angkutan laut. Kapasitas yang rendah tersebut membuat ongkos transportasi per unit barang masih akan lebih tinggi.
Ia mencontohkan logistik melalui jalan tol tentu akan dimanfaatkan menggunakan truk. Hanya saja, muatan yang diangkut truk memiliki keterbatasan tersendiri.
Ia menyebut, satu truk mungkin hanya bisa memuat barang hingga 40 ton. Sementara itu, kapal laut bahkan bisa mengangkut muatan hingga 20 ribu ton.
"Jadi sebenarnya jalan tol bukan solusi untuk menurunkan biaya logistik. Memperlancar mudik iya, tapi tidak untuk logistik. Logistik ini akan turun jika penggunaan truk beralih ke angkutan laut," jelas Faisal, seperti sitat CNN Indonesia, Jumat (15/2/2019).
Maka dari itu, tak heran jika barang-barang impor yang diangkut lewat laut memiliki harga yang jauh lebih rendah dari barang domestik yang dibawa lewat darat. Demi membuktikan selisih harga tersebut, Faisal mengaku pada November 2018 lalu pernah melakukan observasi harga jeruk di supermarket.
Faisal menyebut harga jeruk lokal yang dijual di Malang senilai Rp32.950 per kilogram (kg). Sementara, harga jeruk impor dijual dengan harga Rp27.950 per kg.
Selain jeruk, ia juga melihat harga mangga di kota Palembang. Menurut pengamatannya, mangga arumanis dari Jawa dihargai Rp39.500 per kg di Palembang.
Sementara itu, harga mangga asal Brazil Rp29.900 per kg. Untuk mangga, Faisal mengaku cukup heran. Pasalnya Brazil terletak beribu-ribu kilometer (km) dari Indonesia. "Padahal Brazil itu jauh, lho. Kalau kita naik pesawat, itu bisa satu hari satu malam. Tapi kenapa harganya bisa lebih murah?" tutur Faisal.
Faisal mengatakan pernah mengaku senang ketika Jokowi berencana untuk menggalakkan angkutan logistik melalui skema tol laut. Hanya saja, ia cukup kaget ketika Jokowi malah lebih sibuk membangun jalan tol.
"Dan saya sempat bahagia melihat Pak Jokowi meresmikan Pelabuhan Sibolga. Saya kira buat barang, tahunya buat (angkutan) orang. Saya yang tadinya happy langsung lemas lagi," jelas dia.
Faisal menyebut, indikator kesuksesan pembangunan infrastruktur sejatinya terletak di penurunan ongkos logistik. Selama harga logistik tetap tinggi, pemerintah tak boleh berbangga diri.
Makanya, ia menilai program infrastruktur yang ditawarkan dua calon presiden, yakni Jokowi dan Prabowo Subianto, sebaiknya berkutat di infrastruktur laut. Menurutnya, Indonesia memang harus mengedepankan pembangunan infrastruktur laut karena kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau.
Kondisi tersebut berbeda dengan China, yang meski juga punya banyak proyek infrastruktur bejibun, namun kondisi geografisnya adalah negara daratan. "Ketika Pak Jokowi keluar dengan tol laut, mari kita tagih janjinya. Mari wujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang kuat," tutup Faisal.
RRN/CNNI