LPG Mahal dan Masih Impor, Arcandra Tahar Dorong Masyarakat Beralih ke Jargas
Pipa Gas PGN.merdeka.com pic

LPG Mahal dan Masih Impor, Arcandra Tahar Dorong Masyarakat Beralih ke Jargas

Selasa, 12 Februari 2019|13:32:46 WIB




Radarriaunet.com: Pemerintah Jokowi-JK mendorong penggunaan gas bumi sebagai bahan bakar rumah tangga, dengan membangun jaringan gas (Jargas) rumah tangga. Penggunaan Jargas dinilai lebih murah dan dapat mengurangi impor Liqufied Petroleum Gas (LPG).

Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar mengatakan, dengan menggunakan gas bumi yang berasal dari sumur minyak dan gas (migas) dalam negeri sebagai bahan bakar rumah tangga, maka akan mengurangi impor LPG. Jika pembangunan jaringan gas semakin banyak maka pengurangan konsumsi LPG pun semakin bajak.

Untuk diketahui, dari konsumsi LPG 6,9 juta ton per tahun, sekitar 4,7 ton berasal dari impor. "Sekarang kita bs 4,5-4,7 juta ton per tahun. Kebutuhan kita 6 juta sekian maka tergantung berapa banyak yang bisa kita lakukan pembangunan jargasnya," kata Arcandra, di Jakarta, seperti sitat Merdeka.com, Selasa (12/2/2019).

Menurut Arcandra, harga gas bumi juga jauh lebih murah ketimbang LPG. "Maka masyarakat jauh lebih hemat ketimbang LPG. LPG selain impor, juga harganya lebih mahal. Satu contoh, untuk sekian ribu rumah. Harga yang kita dapatkan kalau 1 MMSCFD, bisa mengaliri 35-40 ribu rumah. Kalau 1MMSCFD itu, kalau 1 MMTBU itu sekitar USD 7-8 dikonversikan menjadi 1 MMSCFD sekitar USD 6000 per MMSCFD. Itu bisa untuk 35-40 ribu rumah," papar Arcandra.

Diretur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Alimuddin Baso menjelaskan, penghematan menggunakan gas bumi. LPG ukuran 12 kilo gram (kg) non subsidi setara dengan 15 meter kibik (m3) dengan gas bumi, sementara konsumsi normal rata-rata rumah tangga tangga per bulan sekitar 10 m3. Jika dengan konsumsi LPG 12 kg sebanyak10 m3 sekitar Rp 80 ribu, sedangkan gas bumi sekitar Rp 40 ribu.

"Kalau 10 m3 dengan harga Rp 4.000 per m3, jadi cuma Rp 40.000, nah kalau dibandingkan dengan yang 12 kg tadi itu 80 ribu bedanya," tandasnya.


RRN/Merdeka.com







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita EKONOMI

MORE

MOST POPULAR ARTICLE