Senin, 03 Desember 2018|12:54:29 WIB
Jakarta: Presiden Joko Widodo mengultimatum para pelaku usaha dalam menjalankan hilirisasi industri. Pasalnya, langkah ini ikut dapat menyelesaikan defisit transaksi berjalan.
"Setop ekspor bahan mentah, kurangi ekspor bahan mentah. Bahwa dagang lebih enak dari industri tetapi ini untuk keperluan negara kita," kata Jokowi dalam pembukaan CEO Networking 2018 di The Ritz-Carlton Jakarta Pacific Place, Jakarta Selatan, seperti dikutip medcom.id Senin, 3 Desember 2018.
Kepala Negara tak ingin sumber daya alam Indonesia yang melimpah dijual dengan harga murah. Pasalnya, jika diolah, nilai dari produk itu bakal lebih tinggi.
Jokowi mencontohkan batubara mentah yang diekspor 480 juta ton per tahun. Batu bara bisa diolah menjadi elpiji hingga avtur. Jika dihilirisasi, batu bara bisa mengurangi impor elpiji yang mencapai empat ton per tahun.
Nikel juga bernasib serupa. Indonesia, kata Jokowi, mengekspor jutaan ton nikel per tahun seharga USD30 per ton. Padahal, bila diolah menjadi feronikel, harganya bisa naik empat kali lipat.
Selain itu, Jokowi juga menyinggung posisi Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar. Negara bisa mengimpor 42 juta ton minyak kepala sawit per tahun.
Menurut dia, minyak kelapa sawit bisa diolah menjadi solar B20. Hilirisasi minyak kelapa sawit pun dapat menekan impor solar yang mencapai jutaan ton per tahun.
Pelaku usaha pun dipaksa untuk menjalankan hilirasasi industri. Bila tak memiliki teknologinya, mereka dapat membelinya atau mencari patner untuk bekerja sama.
Jokowi pun mengapresiasi pemimpin di sektor fiskal, moneter, dan pelaku usaha sudah berkomunikasi dalam masalah ini. Dia menekankan mereka perlu berpikiran terbuka dalam menggarap hilirisasi industri.
"Kalau kita bertele, ruwet, ditinggal kita," jelas dia.
azf/medcom.id